Setiap tanggal 1 juni selalu diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Di momen sakral tersebut, kita diingatkan untuk terus melestarikan Pancasila sebagai dasar negara, sumber hukum dan memperkuat relevansinya sebagai pandangan hidup bangsa. Untuk itu mempraktikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bernegara, kehidupan berdemokrasi dan menjaga persatuan antar sesama anak bangsa selayaknya sudah menjadi tujuan bersama yang harus selalu dipegang teguh oleh seluruh anak bangsa, pemimpin dan para penyelenggara negara.
Hal itu mengemuka dalam Seminar Nasional Pemikiran Bulaksumur yang bertajuk “Pancasila Kontekstual pada Aplikasi Keilmuan dan Peran Akademik dalam Mengembangkan Keberagaman,” Rabu (15/5), di kampus UGM.
Seminar yang diselenggarakan oleh Dewan Guru Besar (DGB) UGM ini menghadirkan tiga orang pembicara yakni Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro, Ketua Komisi Organisasi dan Wawasan Kebangsan DGB UGM, Prof. Dr. Lasiyo, Peneliti Ahli Pusat Studi Pancasila Prof. Dr. Sutaryo serta Ketua Pusat Studi Pancasila sebagai anggota tim perumus.
Kepala Pusat Studi Pancasila (PSP) UGM, Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D., sebagai salah satu pembicara dalam seminar tersebut menyatakan para akademisi memiliki peran dan tanggung jawab untuk memberikan edukasi dan penyebarluasan informasi pengetahuan ke masyarakat untuk tetap melestarikan Pancasila dan upaya memperkuat relevansinya sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa. “Dunia ilmu pengetahuan dan peran akademik menjadi tantangan untuk kita merumuskan peran dan fungsi dalam menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Agus memaparkan tantangan Pancasila yang akan dihadapi kedepannya tidaklah mudah terutama pada level pemaknaan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Selanjutnya pada level konseptual yang berkaitan dengan hubungan nilai, prinsip, kebijakan, dan aturan hukum.
Dalam kehidupan bernegara, kata Agus Wahyudi, para pemimpin dan pejabat publik harus bisa menjadi contoh dan suri tauladan dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya. “Terutama kenyataan bahwa kita akan selalu beragam dan perlu untuk merayakan keberagaman yang kita miliki tersebut,” tambahnya.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., mengatakan UGM sebagai kampus nasional akan terus meneguhkan jati diri sebagai Universitas Pancasila yang menghargai keragaman sebagai satu kesatuan dan menjadi inspirasi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia, dari sisi agama, suku, dan budaya menjadi rujukan bagi UGM untuk mengakomodir keragaman tersebut melalui kebijakan strategis universitas. Beberapa kebijakan yang sudah dilakukan diantaranya pembangunan kompleks fasilitas kerohanian untuk lima agama untuk mahasiswa dan penyebaran pengetahuan lewat pembelajaran Massive Online Open Course (MOOC) terkait konten keberagaman dan menolak intoleransi.
Sedangkan untuk nilai-nilai keadilan sosial, Wening menjelaskan bahwa UGM menyediakan program beasiswa yang bermitra dengan industri, Kagama, dan program KIP-K untuk membantu biaya pendidikan mahasiswa dari keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi. Selain itu, terdapat juga program inklusivitas lewat penerimaan calon mahasiswa berbasis wilayah geografis, pertimbangan kesehatan, berbasis usia, hingga kemampuan olahraga dan seni.
Penulis: Dita
Editor: Gusti Grehenson