
Aksi protes yang dilakukan oleh mahasiswa dan masyarakat dalam bentuk aksi maupun perdebatan di media sosial muncul sebagai ekspresi atas kinerja pemerintahan sekarang ini. Berbagai kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat menuai kritik tajam, sampai upaya kebijakan efisiensi yang dianggap tidak tepat sasaran, dan kondisi indikator makro ekonomi yang makin melemah telah menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Perguruan tinggi diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap persoalan yang terjadi di tengah upaya membangun SDM menuju Indonesia Emas 2045 dan menyambut bonus demografi tahun 2030.
Hal itu mengemuka dalam kuliah umum spesial Ramadhan yang bertajuk Pembangunan Kualitas Manusia, Selasa (18/3), secara daring yang diselenggarakan oleh Majelis Dewan Guru Besar (MDGB) PTN-BH.
Ketua Dewan Guru Besar UGM, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, MA menyampaikan, sejumlah fenomena yang ada di masyarakat dengan aksi #IndonesiaGelap yang sering didengungkan akhir-akhir ini muncul karena berbagai sebab, seperti konstitusi dan perundangan yang absurd, penegakkan hukum yang tidak adil, dan korupsi yang terjadi hampir di seluruh lini pemerintahan.
Menurutnya, perguruan tinggi perlu merespon berbagai kegelisahan tersebut dan memegang peran penting dalam berkontribusi terhadap isu kemasyarakatan dan kenegaraan guna menciptakan langkah strategis untuk mengatasi krisis nasional.“Kita ingin menyalakan kembali nilai moral kebangsaan di tengah maraknya isu lemahnya pengelolaan negara yang menyebabkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat,” ujarnya
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K) dalam sambutannya menyoroti urgensi pembangunan sumber daya manusia demi terwujudkan kemajuan negara. Menurutnya, pendidikan Indonesia sepenuhnya ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai generasi unggul di masa depan. Berbagai fenomena kontemporer yang terjadi sekarang ini sangat relevan untuk dijadikan refleksi bersama mengenai isu-isu seperti apa yang bisa dijadikan landasan bagi perguruan tinggi untuk mengembangkan kualitas pendidikan termasuk fokus area kunci pegembangan SDM bagi masyarakat.“Tentu menjadi visi pendidikan tinggi untuk mewujudkannya, termasuk memfokuskan berbagai area kunci sumber daya manusia yang inovatif dan kompetitif,” ucap Ova.
Menurut Ova, menjelang bonus demografi di 2030, bangsa ini memerlukan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, pengelolaan lembaga hukum yang berkeadilan, dan perihal pembukaan aktivitas ekonomi baru yang perlu menjadi perhatian bersama agar generasi muda mampu berkarya dalam pembangunan nasional.
Sementara Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Dr. Ir. Hetifah Sjaifudian, M.P.P., menyebutkan pendidikan berkualitas tidak hanya membuka akses bagi seluruh lapisan masyarakat namun juga bertugas membentuk karakter, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis yang diperlukan untuk perkembangan di masa depan.
Ia menyebutkan beberapa tantangan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini yakni ketimpangan akses pendidikan, ketidakmerataan kualitas pendidikan, tingkat putus sekolah yang masih tinggi, dan relevansi kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. “Selain upaya pemerintah, perguruan tinggi dan kolaborasi bersama industri juga penting untuk diperkuat agar mampu menciptakan pendidikan yang mumpuni dengan pengembangan karakter dan keterampilan,” pungkasnya.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Freepik