Hewan ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba menjadi penghasil bahan pangan yang bernilai gizi tinggi dan memasok dua dari tiga nutrien utama yang diperlukan manusia, yakni protein dan lipid. Di Indonesia sendiri populasi ruminansia cukup tinggi, dan konsumsi dagingnya diperkirakan akan terus meningkat.
Meski demikian, ketersediaan pakan berkualitas masih menjadi persoalan, terutama akibat faktor musim. Padahal, kekurangan pakan membawa risiko kekurangan gizi yang tentu berdampak negatif pada kesehatan, produksi, reproduksi, ketahanan atau kekebalan hewan terhadap penyakit, dan bahkan lingkungan karena peningkatan produksi gas emisi.
“Pakan berlimpah jumlah dan kualitasnya di musim penghujan, tetapi menjadi terbatas jumlah dan kualitasnya di musim kemarau. Lebih dari itu, pemanfaatan lahan untuk keperluan selain pertanian semakin hari semakin meningkat sehingga kekurangan pakan di negara kita ini menjadi permasalahan serius yang harus dihadapi sepanjang tahun,” papar Prof. Dr. drh. Irkham Widiyono saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Nutrisi Klinik pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Kamis (30/11).
Dalam pidatonya, ia memaparkan dampak kekurangan pakan terhadap kesehatan dan produksi, juga terhadap fertilitas dan kekebalan hewan. Dengan adanya berbagai dampak negatif kekurangan pakan atau nutrisi tersebut, menurutnya sangat diperlukan adanya pemantauan yang baik. Penurunan asupan pakan berakibat terjadinya konsumsi energi dan protein yang lebih sedikit dari yang dibutuhkan dan hal ini mendorong terjadinya kehilangan bobot badan, penurunan skor kondisi tubuh (SKT), dan negative energy balance.
“Metode pemantauan yang paling baik adalah menganalisis sejarah dan diet yang dikonsumsi dalam kaitan dengan gejala klinis yang muncul. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan metoda-metoda lain, sperti pemeriksaan SKT dan metabolit darah, urin, dan susu,” terangnya.
Irkham juga memaparkan strategi nutrisional untuk mengatasi dampak kekurangan pakan. Beberapa langkah yang dapat ditempuh antara lain pemberian hijauan yang berkualitas tinggi, penambahan konsentrat pada pakan hijauan, dan penambahan lemak dalam pakan. Di samping aspek volume asupan pakan, penting juga memperhatikan potensi fungsional lain dari tanaman pakan yang kita gunakan.
Lebih lanjut ia menerangkan, sejumlah tanaman hijauan diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti tannin, yang diketahui mempunyai efek anthelmintik, antimikrobial, antioksidan, antiviral, antiinflamasi, imunomodulasi, dan mengurangi degradasi protein dalam rumen sehingga meningkatkan pemanfaatan protein dan efisiensi produksi ruminansia.
“Harapan utama kita adalah dapat mewujudkan pemberian pakan presisi pada ternak untuk meningkatkan kualitas dan keamanan produk, meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ternak, dan menurunkan dampak lingkungan di daerah kita. Menjamin kemaslahatan bagi ternak adalah suatu tanggung jawab dan pemenuhannya akan menjamin kemaslahatan bagi manusia dan lingkungannya,” pungkas Irkham.
Penulis: Gloria
Fotografer: Firsto