Kelurahan LPDP UGM menyelenggarakan program pengabdian kepada masyarakat di TPST Piyungan. Melalui kegiatan ini, mereka melakukan sharing discussion dengan Paguyuban Mardiko.
Sharing discussion digelar sebagai upaya pengolahan sampah tepat guna bagi masyarakat setempat dengan harapan memberikan dampak positif pada reduksi limbah organik, peningkatan efisiensi energi dan ekonomi. Kegiatan ini dihadiri oleh anggota Paguyuban Mardiko yang merupakan sebuah komunitas pemulung di TPST Piyungan dan perwakilan dari MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) PP Muhammadiyah Yogyakarta selaku pendamping paguyuban.
Sharing Discussion ini berlangsung dengan menghadirkan dua pembicara yang ahli di bidang pengelolaan sampah yang terintegrasi melalui budi daya maggot dan pengolahan air lindi. Mereka adalah Cahya Hernawan dari TPS Terintegrasi Sinduadi didampingi Ali Susilo, dan Rania Naura Anindhita, mahasiswa Fakultas Bilogi UGM sekaligus selaku penggiat pengelolaan eco lindi.
Cahya memaparkan pemberian nama terintegrasi didasarkan pada upaya pengelolaan sampah untuk menghasilkan produk baru seperti bahan dasar makanan yang didapatkan dari budi daya maggot untuk ikan lele. Pengelolaan sampah organik dan anorganik di TPS Terintegrasi Sinduadi menggunakan teknologi yang membantu dalam proses pemilahan sampah.
Dia menyampaikan pengolahan sampah organik melalui mesin pujobae mampu menghasilkan bubur sampah dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan maggot BSF. Produk maggot ini bisa mencapai 120 kg setiap harinya, dan bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan bagi unggas dan ikan.
“Sedangkan kasgot, bekas maggot dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair yang menghasilkan 30 kg untuk setiap meter lahan yang digunakan. Sedangkan sampah anorganik dipilah dan dipres untuk memudahkan proses penjualan bahkan menghasilkan produk berupa pot yang banyak diminati,” katanya, di TPST Piyungan, Minggu (19/11).
Sementara itu Rania Naura Anindhita mengatakan permasalahan yang dihadapi terkait jumlah sampah yang terus meningkat memberikan beban besar pada TPST yang mulai kekurangan lahan. Sayangnya sampah-sampah tersebut juga belum dipilah sebelum sampai pada pembuangan akhir. Tumpukan sampah yang tercampur ini menghasilkan bau yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.
“Nampaknya membutuhkan teknologi pengolahan sampah yang tepat untuk membantu mengurangi dampak dan memanfaatkan sampah menjadi sumber pendapatan baru. Eco lindi menjadi solusi bagi permasalahan sampah dengan mentransformasikan menjadi cairan penghilang bau sampah dan dapat bekerja secara efisien,” ujar naura.
Masyarakat sangat antusias dalam proses sharing discussion dan kegiatan demo pengolahan Eco lindi. Hal tersebut terlihat dari kegiatan diskusi dan mereka membawa pulang hasil dari demo Eco lindi untuk diterapkan di rumah masing-masing.
Kegiatan inipun ditutup dengan penyerahan bantuan alat budi daya maggot untuk paguyuban “Mardiko” yang diwakili Maryono selaku ketua paguyuban. Dengan penyerahan bantuan alat ini diharapkan membantu proses budi daya maggot berupa trai, rak instalasi biopond dan paranet.
Selain pemberian bantuan material, dalam kegiatan ini juga diberikan dukungan moril untuk berkembangnya paguyuban sebagai wadah pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana disampaikan Dewi Fatimatuzzaroh selaku Ketua Pelaksana. Menurutnya, kegiatan sharing discussion ini menjadi wadah bertemunya akademisi, praktisi dan masyarakat untuk saling berkolaborasi terkait pengelolaan sampah di Piyungan kedepan.
“Semoga ini bermanfaat dan dapat berdampak bagi masyarakat guna meningkatkan perekonomian warga dan kelestarian lingkungan sekitar. Memang mungkin tidak langsung berimbas secara luas tapi dari hal-hal kecil itulah bisa menjadi dampak baik bagi masyarakat,”imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho