Kemarau panjang yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia telah menyebabkan kekeringan yang cukup menyulitkan masyarakat, terutama dalam mengakses air bersih untuk mendukung kebutuhan dan aktivitas sehari-hari. Salah satu wilayah di Yogyakarta yang sangat merasakan dampaknya adalah Kabupaten Gunungkidul, di mana akses masyarakat terhadap air bersih saat ini sangat terbatas mengingat sumber air tanah yang mulai mengering.
Universitas Gadjah Mada, melalui Disaster Response Unit (DERU) – Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat, bersinergi dengan KAGAMA Pengda D.I. Yogyakarta, KAGAMA Pengcab Gunungkidul, BPBD Gunungkidul, dan TAGANA Gunungkidul menyalurkan satu juta liter air bersih kepada masyakat terdampak sebagai respons terhadap kondisi darurat air bersih tersebut. Setelah sebelumnya DERU UGM mengirimkan 50.000 liter air bersih untuk masyarakat Dusun Tungu Desa Girimulyo Kecamatan Panggang, kemarin Rabu (18/10) DERU UGM bersama KAGAMA Pengda DIY, KAGAMA Pengcab Gunungkidul, BPBD Gunungkidul, dan TAGANA Gunungkidul kembali menyalurkan air bersih untuk Desa Melikan Kecamatan Rongkop dan Desa Tileng Kecamatan Girisubo. Kedatangan DERU UGM, KAGAMA D.I.Y, BPBD Gunungkidul, dan TAGANA Gunungkidul disambut baik oleh pemerintah desa dan masyarakat setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Kepala BPBD Gunungkidul, Purwono, menyampaikan hingga saat ini BPBD Gunungkidul sudah berhasil menyalurkan 700 tangki air bersih untuk masyarakat terdampak. “BPBD Gunungkidul sudah menyiapkan 1.300 tangki air berkapasitas @5.000 liter, dan sampai sekarang sudah ada 7.00 tangki air yang terdistribusikan ke masyarakat.”, terangnya.
Informasi dari pemerintah Desa Melikan, dari 14 padukuhan di Desa Melikan, masih ada lima padukuhan yakni Dusun Ngricik, Dondong, Kembang, Songwaluh, dan Kendal, yang belum mendapatkan akses air PDAM sehingga hanya bergantung pada sumber air tanah yang dipompa. Namun, kemarau panjang telah menyebakan sumber air di beberapa wilayah Gunungkidul mengering. “Untuk kebutuhan air sehari-hari selama musim kemarau ini, masyarakat dari lima padukuhan tersebut hanya dapat mengandalkan air dari tangki komunal dan bantuan dari donatur.”, ungkap Sri Mulyani, Sekretaris Desa Melikan.
Mengingat kebutuhan air bersih adalah salah kebutuhan utama masyarakat untuk minum, memasak, mandi, dan mencuci serta merupakan barang habis pakai, maka bantuan air bersih yang disalurkan pun tidak akan cukup jika hanya diberikan satu kali. Untuk itulah, DERU UGM bersama mitra saat ini sepakat untuk menyediakan 1000.000 liter air bersih ke masyarakat terdampak sampai kemarau panjang ini selesai yang diperkirakan BMKG akan berlangsung hingga bulan November nanti.
Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Masyarakat, Amin Susiatmojo, S.Pt., M.Sc., dalam sambutannya pada penyerahan air secara simbolis di Dusun Ngricik, Rabu lalu (18/10), menyampaikan terima kasih terhadap seluruh pihak yang membantu mewujudkan 1.000.000 liter air bersih untuk masyarakat Gunungkidul. “Semoga air bersih ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dapat membantu masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari sampai musim kemarau ini usai,” harapnya.
Dari koordinasi terakhir dengan BPBD Gunungkidul, penyaluran air bersih untuk masyarakat Gunungkidul bersama DERU UGM dan KAGAMA akan dilakukan di 17 kalurahan yang ada di tujuh kapanewon yaitu Kapanewon Girisubo, Rongkop, Tepus, Saptosari, Ponjongm Semin, dan Ngawen.
Bantuan air bersih disalurkan DERU UGM merupakan komitmen universitas untuk terus berkontribusi membantu masyarakat dalam menghadapi tantangan akibat perubahan iklim dan cuaca. Selain menyalurkan air bersih, perguruan tinggi juga diharapkan untuk terus memberikan edukasi bagi masyarakat tentang praktik-praktik pengelolaan air yang berkelanjutan serta memberikan solusi jangka panjang dalam menghadapi perubahan iklim. Hal ini dilakukan sebagai bentuk dukungan untuk menyukseskan salah satu Sustainable Development Goals, yakni goal keenam, tentang Air Bersih dan Sanitasi bagi masyarakat.
Penulis: Tim DERU