Lima mahasiswa UGM berhasil mengembangkan Inovasi berupa alat terapi yang terintegrasi mobile application guna evaluasi efektivitas melalui pemantauan saturasi oksigen dan tekanan darah. Alat tersebut diberima ARTERI.
Alat ARTERI dibuat oleh mahasiswa UGM dikarenakan timbulnya permasalahan akibat kondisi saat ini dimana pemantauan saturasi oksigen serta tekanan darah pada pasien stroke terbatas pada peralatan medis khusus yang seringkali hanya tersedia di fasilitas kesehatan.
Angelia Grace, mahasiswa Teknik Biomedis UGM menjelaskan pengembangan alat berawal dari keprihatinan terhadap pasien stroke mulai dari keterbatasan waktu, pendampingan dalam mengantar pasien ke fisioterapis, keterbatasan fisioterapis yang terkadang tidak dapat ditemui atau bahkan mendadak ganti jadwal. Belum lagi menyangkut biaya fisioterapis yang tergolong tidak murah.
Sementara evaluasi terapi stroke selama ini pada umumnya sangat bergantung pada observasi subjektif dan pengamatan visual terapis. Melihat hal itu, menurutnya diperlukan metode evaluasi yang lebih objektif dan terukur untuk mengidentifikasi perkembangan pasien dan menentukan efektivitas terapi dengan lebih tepat dengan dilengkapi data terapi secara real-time untuk membantu tenaga medis dan pasien.
“Karenanya kita berlima mahasiswa UGM berusaha mencari solusi dengan membuat alat terapi stroke yang terintegrasi dengan mobile application untuk mengatasi persoalan tersebut,” ujar Grace, di Kampus UGM, Senin (15/7).
Selain Grace, keempat mahasiswa UGM lain yang turut membuat alat ini adalah Bayu Ari Wandyka, Ferhad Zulfas (Teknologi Reayasa Instrumentasi dan Kontrol), Novy Pratama Andriani (Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat) dan Ganang Fattahuddien Attar (Kedokteran). Mendapat pendampingan dan bimbingan dari Ir. Maun Budiyanto, S.T., M.T., para mahasiswa yang tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) ini mendapat dukungan pendanaan dari Kemendikbudristek 2024.
Kenapa pemantauan yang dilakukan memilih dengan saturasi oksigen dan tekanan darah, Ganang Fattahuddien Attar menuturkan Tim PKM-KC UGM memilih saturasi oksigen dan tekanan darah dikarenakan Saturasi oksigen adalah gambaran kecukupan oksigen dalam tubuh yang bertujuan untuk menentukan terapi yang tepat sedangkan tekanan darah merupakan pemicu pecahnya pembuluh darah di otak. Hal ini tentu sama dengan stroke yang merupakan kondisi terjadinya penyumbatan dan pecahnya pembuluh darah di otak.
“Hubungan Tekanan Darah dan Saturasi Oksigen dengan Stroke sendiri yaitu Berkurangnya suplai oksigen ke jaringan yang terdampak stroke terutama stroke iskemik dapat menyebabkan hipoksia di sana. Seseorang dengan stroke akan dievaluasi pernapasannya karena dikhawatirkan akan mengalami hipoksia dan nantinya berpengaruh untuk sel di otak,” kata Ganang.
Oleh karena itu saturasi oksigen perlu dikontrol karena berhubungan erat dengan suplai oksigen untuk keberlangsungan hidup otak. Sedangkan untuk tekanan darah berpengaruh besar untuk terjadinya stroke hemoragik.
Hipertensi yang terlalu lama menyebabkan gangguan elastisitas pada dinding arteri yang ukurannya kecil sehingga dapat menyebabkan ruptur. “Karenanya, menjaga tekanan darah pada pasien stroke sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan otak yang berkelanjutan,” ucapnya.
Ferhad Zulfas menambahkan proses pembuatan alat terapi ini menggunakan bahan NodeMCU ESP32, sensor MAX30100, sensor MPX 2050, servo, switch, battery Li-Po, cassing battery, port kabel, kabel jumper, kabel AWG 24, fuse/sekring, akrilik, plat aluminium, lem G, isi lem tebak, lampu LED, flex sensor, dc converter, filamen PLA+, velcro medis.
Bayu Ari Wandyka turut menambahkan bahwa cara kerja alat dimulai saat perintah terapi diaktifkan melalui aplikasi ARTERI yang mana terintegrasi dengan IoT, servo akan bergerak keatas dan kebawah sesuai dengan 4 level pengaturan pada aplikasi yang berdasarkan sudut kebawah sesuai dengan 4 level pengaturan pada aplikasi yang berdasarkan sudut 30–40 derajat. Dengan memanfaatkan beberapa sensor untuk membaca Saturasi Oksigen serta Tekanan Darah pada pasien serta yang bekerja dengan memanfaatkan konduktivitas sensor yang akan dikonversi menjadi satuan ppm.
Setelah didapat nilai saturasi oksigen, detak jantung dan tekanan darah hasil pembacaan kemudian dikirimkan ke cloud server untuk dapat diakses menggunakan laptop maupun smartphone. Pada aplikasi ARTERI sendiri terdiri dari beberapa fitur yaitu fitur hasil tes, grafik progress, video tutorial, Medical Records, dan pengaturan.
“Dengan demikian, ARTERI diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memonitor dan meningkatkan efektivitas terapi stroke, memungkinkan perawatan yang lebih personal dan adaptif berdasarkan respons individual pasien serta pencegahan atau penanganan dini terhadap kondisi ini dapat membantu mencegah komplikasi yang dapat timbul akibat kurangnya oksigen ataupun tingginya tekanan darah,” terang Bayu.
Dengan Mengutamakan prosedur kesehatan, menurut Novy Pratama Andriani ide inovasi ini diharapkan akan menjadi kontribusi nyata serta mendukung tujuan utama Sustainable Development Goals (SDGs) sebuah gagasan yang disepakati oleh pemimpin negara di dunia, terutama pada poin 3 (kesehatan yang baik dan kesejahteraan). Dengan alat ARTERI diharapkan juga dapat mendorong pemanfaatan fotoakustik untuk perkembangan IPTEK lebih lanjut dalam bidang kesehatan.
Penulis: Novy
Editor: Agung Nugroho
Foto: Dok. Tim PKMKC