Universitas Gadjah Mada menjalin kerja sama dengan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon. Dalam kerja sama yang berlangsung di Ruang Sidang Pimpinan UGM, Rabu (21/6), naskah kerja sama masing-masing ditandatangani oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dan Rektor IAIN Ambon, Prof. Dr. Zainal Abidin Rahawarin, M.Si.
Ruang lingkup kerja sama meliputi bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat dan bidang lain yang disepakati para pihak dan sesuai fungsi serta wewenang masing-masing pihak guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan kewajiban para pihak. Dari kerja sama ini diharapkan membuka kesempatan pendidikan program S3 untuk staf pengajar IAIN Ambon, KKN bersama dan permintaan narasumber untuk kegiatan ilmiah dan pendampingan penulisan jurnal.
“Alhamdullilah untuk penandatanganan nota kesepahaman ini. Saya kira ini bentuk awal dari sebuah kepercayaan antara dua institusi untuk bergandengan tangan, untuk merajut suatu hasil-hasil yang lebih baik untuk IAIN Ambon maupun UGM”, ujar Ova Emilia saat memberi kata sambutan .
Ova sangat mengharapkan kerja sama UGM dan IAIN Ambon menghasilkan karya-karya yang bermanfaat. Karenanya kerja sama ini diharapkan memiliki target-target yang akan dipantau dan dikawal secara bersama baik menyangkut target jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
“Kami mendengar ada beberapa hal soal program studi lanjut atau mungkin MBKM yang saya kira merupakan program bersama kita atau research-research kolaboratif, publikasi dan beberapa program lain yang tentunya menjadi kegiatan-kegiatan strategis keduanya,” ucapnya.
Ova pun berharap dengan kerja sama ini akan sangat banyak membantu dan menumbuhkan hal-hal baru, kegiatan-kegiatan baru, inovasi-inovasi baru baik untuk IAIN Ambon maupun UGM. UGM sejauh ini secara rutin menerjunkan mahasiswanya untuk Kuliah Kerja Nyata di hampir seluruh daerah di Indonesia.
Bahkan, di hari Jumat tanggal 23 Juni 2023, UGM akan menerjunkan sekitar 7.000 mahasiswa untuk KKN di sejumlah daerah di Indonesia. Oleh karena itu, melalui program ini ia berharap bisa melibatkan mahasiswa-mahasiswa di daerah.
“Kita sangat mengharapkan itu agar mahasiswa di daerah dimana mahasiswa UGM KKN bisa berjalan bareng agar supaya ada interaksi, network, dan saya kira itu sangat penting sekali untuk para generasi muda,” ungkapnya.
Sementara itu, Zainal Abidin Rahawarin menyatakan IAIN Ambon tidak lama lagi akan bertransformasi menjadi UIN Ambon. Menurut perkiraan pada bulan Agustus 2023 karena proses menjadi UIN Ambon sudah mendapat persetujuan dari Kemenag untuk diajukan kepada Presiden.
“Kita sangat bersyukur dan berterima kasih dan tentu sangat mengharap UGM bersedia menjadi pendamping IAIN Ambon,” katanya.
Zainal menuturkan sebagian besar dosen-dosen IAIN Ambon memiliki idealisme bisa melanjutkan studi S3 di UGM. Dia menyampaikan jumlah dosen IAIN Ambon yang berkeinginan studi di UGM setiap tahun sangat besar.
“Sangat besar sekali keinginan itu. Katanya mereka sangat bangga kalau bisa lulus dari UGM dan saat ada lebih dari 10 dosen IAIN Ambon yang sudah bersekolah S2 dan S3 di UGM,” terangnya.
Zainal pun menyayangkan keinginan menambah jumlah Guru Besar di IAIN Ambon mengalami hambatan sehingga dari 100 dosen bergelar doktor, IAIN Ambon saat ini baru memiliki 5 Guru Besar dan 8 dalam proses pengajuan melalui Dikti dan Kemenag.
Dengan biaya sendiri oleh lembaga,imbuhnya, IAIN Ambon berusaha mendirikan lembaga afirmasi untuk membantu proses percepatan untuk gelar Guru Besar. Sayangnya, proses proposal menumpuk karena banyak jurnal calon Guru Besar belum scopus.
“Karenanya kita mengundang UGM secara khsusus untuk soal ini, membimbing terkait jurnal kita. Kita berharap kesediaan pendampingan dari UGM untuk calon-calon Guru Besar. Dulu ada Prof Irfan, sekarang hal-hal semacam itu tentunya perlu diformulasikan dalam bentuk kerja sama,”imbuh Zainal.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto