
Di tengah kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran, peran orang tua kadangkala terpinggirkan. Pada satu sisi, tenaga kesehatan mungkin lebih fokus pada masalah dan penanganan medis anak. Sementara itu, di sisi lain, sebagian orang tua mungkin masih kurang menyadari peran pentingnya dalam penanganan masalah kesehatan anaknya. Padahal, pelibatan dan keterlibatan aktif orang tua dalam penanganan masalah kesehatan anak merupakan salah satu karakteristik implementasi dari konsep pediatri sosial.
Demikian dikatakan Dosen Ilmu Kesehatan Anak, Prof. dr. Retno Sutomo, Sp.A(K), Ph.D, dalam pidato pengukuhan jabatan Guru Besar dirinya di kampus Universitas Gadjah Mada, Selasa (18/2). Retno dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Pediatri Sosial FK-KMK UGM usai menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul ‘Penguatan Peran Orang Tua Dalam Penanganan Masalah Perkembangan Dan Perilaku Anak Berbasis Pendekatan Pediatri Sosial’.
Retno memulai pidatonya dengan menjelaskan sejarah Ilmu Kesehatan Anak yang berkembang di tengah abad ke-20. Pediatri sosial, yang mengintegrasikan faktor sosial ke dalam layanan kesehatan anak, memberikan perspektif holistik dalam penanganan masalah perkembangan dan perilaku anak. Menurutnya, perkembangan dan perilaku anak dipengaruhi oleh konteks sosial yang lebih luas, karena pendekatan pediatri sosial tidak hanya bertumpu pada intervensi klinis tradisional saja, namun mengintegrasikan dinamika keluarga, sumber daya masyarakat, dan kebijakan publik terkait.
Kondisi sosial yang tidak baik, seperti kemiskinan, stres orang tua, dan keterbatasan akses pendidikan anak usia dini, dapat meningkatkan risiko masalah perkembangan dan perilaku pada anak. Padahal, pada usia dini, lingkungan yang tidak baik dapat berdampak jangka panjang pada fungsi kognitif, emosional, dan sosial anak. “Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk melakukan intervensi dini dalam perkembangan emosi dan kognisi anak,” katanya.
Orang tua dapat berperan sebagai ko-terapis dalam program intervensi. Beberapa penelitian memperlihatkan integrasi intervensi terapi wicara dalam rutinitas sehari-hari di rumah, misal waktu makan dan waktu bermain, menghasilkan perbaikan bermakna pada perkembangan bahasa. Retno menyebutkan bahwa intervensi yang diterapkan oleh orang tua maupun oleh klinisi terbukti dapat meningkatkan keterampilan komunikasi. Bahkan, intervensi yang dilakukan oleh orang tua menunjukkan hasil yang lebih efektif.“Diperlukan kolaborasi yang erat antara tenaga kesehatan dan orang tua untuk penanganan masalah perkembangan dan perilaku anak secara holistik dan komprehensif,” ujar Retno.
Di akhir pidatonya, Retno menegaskan kembali bahwa di luar peran orang tua dalam deteksi dini dan tata laksana anak dengan masalah perkembangan yang dipaparkan di atas, orang tua adalah pemberi lingkungan terkecil pertama bagi anaknya. Pola asuh dan penanaman nilai-nilai hidup yang baik oleh orang tua akan menjadi pondasi bagi anak untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas.“Perkembangan dan perilaku anak benar-benar merupakan cerminan dari apa yang mereka alami dalam perjalanan hidupnya,” pungkas Retno.
Rektor Universita Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dalam pidato sambutannya mengatakan Prof. Retno Sutomo merupakan salah satu dari 525 Guru Besar aktif yang ada di tingkat Universitas. Sementara di tingkat Fakultas, Retno menjadi Guru Besar aktif ke-72, dari 102 Guru Besar yang pernah dimiliki oleh FKKMK UGM.
Penulis : Tiefany
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto