
Apia Dewi Agustin merupakan salah satu lulusan magister UGM yang diwisuda pada Rabu (23/7) lalu di Grha Sabha Pramana. Gadis asal dari Kabupaten Magetan, Jawa Timur, ini berhasil lulus Program Magister Sains Akuntansi FEB UGM dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna yaitu 3,96 dengan masa studi 1 tahun 4 bulan 29 hari. Bahkan saat lulus dari program magister, iapun telah tercatat sebagai mahasiswa semester satu di Program Doktor Ilmu Akuntansi FEB UGM.
Jalan pendidikan yang ditempuh Apia Dewi Agustin memang mencuri perhatian publik. Meski tinggal di pelosok desa di Kabupaten Magetan, ia sukses menempuh pendidikan jenjang S1, S2 dan S3 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) tanpa biaya berkat prestasi akademiknya. Berhasil memanfaatkan beasiswa Bidikmisi dan beasiswa Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM (Kafegama), Apia tercatat meraih predikat cumlaude dari prodi S1 Akuntansi di tahun 2022. Setelah itu, ia sempat bekerja sebagai project management analyst di salah satu perusahaan multinasional.
Meski telah bekerja, keinginan Apia untuk belajar dan menjadi seorang akademisi terus tumbuh. Ia merasa bersyukur karena di tahun 2023 kembali mendapat kesempatan melanjutkan studi pasca sarjananya di FEB UGM secara gratis melalui skema beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Perjalanan Apia sekilas mulus dan lancar, namun sesungguhnya dibalik itu perjuangannya meraih pendidikan tidaklah mudah. Tumbuh dalam keluarga sederhana yang tinggal jauh dari pusat kota, Apia dikenal sebagai pribadi yang pantang menyerah. Ayahnya seorang petani yang tidak pernah menempuh pendidikan formal, dan telah meninggal saat dirinya duduk di semester lima ketika menempuh jenjang S1. Sementara ibu hanya bisa menamatkan pendidikan di tingkat sekolah dasar yang sehari-hari berjualan warung kelontong.
Meski tidak mengecap bangku pendidikan yang memadai, kedua orang tua Apia sejak lama memiliki keinginan besar agar Apia bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Kedua orang tuanya meyakini pendidikan adalah jalan yang bisa mengubah kehidupan lebih baik, dan Apia pun tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada.
Ia selalu berusaha secara maksimal menjalani setiap aktivitas perkuliahan. Apia pun mengaku tidak mudah menjalani studi pascasarjana secara akselerasi di jenjang S2 dan S3 dengan target maksimal 4 tahun melalui skema beasiswa PMDSU. “Tantangannya berat, terutama dalam hal manajemen waktu dan pengelolaan emosi untuk menghadapi padatnya tugas akademik dan kewajiban riset, baik dari perkuliahan maupun skema beasiswa PMDSU” ungkapnya, Rabu (30/7).
Seberat apapun tantangan yang ia hadapi, Apia mengaku bersyukur dan beruntung mendapat dukungan dari lingkungan FEB UGM yang suportif baik dari pembimbing, tim promotor, dosen, kaprodi, staf profesional, maupun teman-teman seperjuangan. Kesemuanya mendukung kelancaran studinya, terutama peran Prof. Mahfud Sholihin, Ph.D sebagai promotor yang selalu tekun memberi bimbingan.
“Komunikasi dan kolaborasi yang baik dengan promotor menjadi kunci dan sangat penting. Saya sangat berterimakasih pada Prof. Mahfud yang banyak membantu dan membimbing saya. Dengan kesabarannya, ia menjadi inspirasi saya untuk menjadi seorang akademisi dan peneliti yang berdedikasi,” terangnya.
Apia pun mengaku tidak hanya fokus kuliah, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan mulai dari melakukan penelitian, mengikuti konferensi internasional bersama dosen pembimbing dan rekan mahasiswa di MD FEB UGM hingga meraih beberapa penghargaan best paper dan best presenter. Ia juga sempat menjadi asisten di Pusat Kajian Akuntabilitas dan Governansi (PAKAR) Laboratorium Departemen Akuntansi dan kelas S1.
Apia berhasil lulus dari program magister dengan mengajukan tesis tentang faktor-faktor yang mendorong pengungkapan terkait iklim, climate-related disclosure pada perusahaan yang berada di kawasan Asia Pasifik. Hasil riset ini memperlihatkan kinerja keuangan, kinerja lingkungan terkait iklim, dan budaya masyarakat yang lebih berorientasi jangka panjang berkontribusi dalam mendorong pengungkapan terkait iklim di kawasan Asia Pasifik. Tercatat tesis ini telah di submit ke jurnal ilmiah dan telah dikembangkan menjadi berbagai luaran lainnya salah satunya sedang proses untuk diterbitkan dalam bentuk buku bertema pelaporan perubahan iklim.
Menurut penuturan Apia arah pengembangan penelitian lanjutan dari tesis inipun berhasil meraih hibah Penelitian Kompetitif Unggulan FEB UGM, bersama dosen pembimbing dan penguji tesis. Kesuksesan yang diraih tentunya buah dari ketekunan, konsistensi, serta kerja keras yang dilakukannya. Tak ketinggalan doa dan dukungan dari keluarga, para guru, dosen, dan teman-temannya. Apia mengaku sangat terkesan dengan nilai-nilai integritas, objektivitas dan kesetaraan yang dimiliki FEB UGM. Nilai-nilai tersebut sangat membantunya dalam menjalani studi maupun kehidupan sehari-hari. “Berada di FEB UGM mengajarkan saya bahwa integritas bukan hanya tentang kejujuran, tapi juga komitmen, keberanian membela kebenaran, dan konsistensi. Saya juga merasakan bagaimana objektivitas dan kesetaraan benar-benar diterapkan. Setiap orang diperlakukan tanpa memandang asal, status, atau latar belakang. Nilai-nilai inilah yang membuat saya merasa benar-benar dirangkul di FEB, sejak S1 hingga saat ini. Di sini, saya belajar dan bertumbuh dengan nilai, bukan sekadar nilai akademik,” paparnya
Perjalanan Apia menuntaskan pendidikan pascasarjananya masih terus berlanjut. Di saat ini, ia menempuh semester tiga Program Doktor FEB UGM. Baginya tantangan akan terus ada namun ia begitu meyakini ada banyak peluang dan pintu terbuka jika terus berusaha. “Jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Meski dengan berbagai keterbatasan terus berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh maka jalan dan rezeki akan selalu menemukan cara untuk datang. Teruslah berbuat baik,” pungkasnya.
Reportase : Kurnia Ekaptiningrum/Humas FEB
Penulis : Agung Nugroho