
Brian Arianto Tanuwidjaja dikenal sebagai salah satu mahasiswa berprestasi dari Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Namanya mulai dikenal luas setelah mengikuti acara kompetisi Clash of Champion, sebuah acara kompetisi kecerdasan yang mempertemukan 40 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi terbaik yang diprakarsai Ruangguru.
Brian merupakan salah satu dari 1.408 lulusan sarjana dan sarjana terapan yang diwisuda pada Rabu (27/5) lalu di Graha Sabha Pramana. Laki-laki asal Magelang ini resmi menjadi menyandang gelar Sarjana Kedokteran dan berhasil lulus cumlaude dengan IPK 3,53 dengan menyelesaikan studi selama 3,5 tahun.
Brian mengaku bersyukur bisa menyelesaikan studi di prodi yang sudah menjadi impiannya sejak kecil. Ia masih ingat, ketertarikannya pada dunia kedokteran berawal dari kegemarannya sering mengobati temannya yang terluka dengan memberi obat merah. “Sejak SD saya menolong teman yang jatuh dan luka, sederhana sekali hanya memberikan obat merah, habis menolong rekan saya, rasanya senang sekali,” ujar Brian.
Ketertarikannya pada dunia kedokteran juga terinspirasi oleh kedua orang tuanya yang juga seorang dokter. Ia melihat kedua orang tuanya sebagai panutan dalam melakukan hal mulia sebab menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk membantu memberikan pengobatan kepada pasien. “Saya anggap profesi dokter ini merupakan panggilan jiwa,” ujarnya.
Selama 3,5 tahun, sudah banyak hal yang telah dilaluinya selama berkuliah di kampus Bulaksumur. Brian tidak hanya mengejar prestasi akademik namun juga ikut dalam berbagai kegiatan di organisasi dan kepanitiaan. Beruntung, ia berhasil meraih lolos mengikuti kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37 yang digelar di Universitas Airlangga pada Oktober tahun lalu. Brian juga pernah berhasil meraih juara ketiga dalam kompetisi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) pada 2024 lalu, menjadi juara 2 dalam Lomba Debat Bahasa Inggris Medis 2022 di tingkat nasional dan menyabet berbagai penghargaan di berbagai kompetisi debat di tingkat nasional dan internasional lainnya.
Meski banyak meraih prestasi, bukan berarti jalan untuk menjadi berprestasi di bidang lainnya akan selalu mulus baginya. Titik terendah baginya adalah ketika mengikuti persiapan fast-track S-2 yang bersamaan dengan program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Berbagai tes persiapan telah ditempuhnya, tetapi ternyata ia tidak berhasil lolos dalam program tersebut.
“Saya sudah memberikan tenaga dan biaya untuk semuanya, tetapi kata Tuhan, enggak. Jadi titik terberatnya waktu itu untuk berdamai dan menerima bahwa jalannya itu tidak harus lewat IISMA. Setelah waktu berjalan, saya menyadari mungkin ini yang paling baik untuk saya. Jadi, saya merasa semua orang pasti ada rezekinya dan jalannya masing-masing. Kita boleh berusaha, Tuhan yang menentukan,” tegasnya.
Pengalamannya selama kuliah di UGM membuatnya merasa bersyukur sebab UGM selalu memberikan fasilitas yang lengkap seperti insentif bagi mahasiswa yang mengikuti perlombaan. Brian mengucapkan terima kasih telah mampu menempuh pendidikan di UGM dan didukung dalam setiap langkahnya. Ia tidak lupa berharap agar UGM konsisten terus berkembang dan menjadi semakin baik.
Sosok yang ramai dikenal melalui salah satu acara game show ini juga berpesan kepada teman-teman mahasiswa untuk menjaga kesehatan, utamanya kesehatan mental. Brian menekankan pentingnya kesehatan mental dan untuk tidak terjebak dalam toxic productivity. “UGM itu kompetitif, tetapi tetap perlu istirahat. Tentukan jalan masing-masing aja tanpa perlu membandingkan. Menjadi mahasiswa adalah sebuah privilege, apalagi utamanya menjadi mahasiswa UGM,” sebutnya.
Brian masih akan melanjutkan pendidikan S-2-nya di Magister Kesehatan Masyarakat, FKKMK UGM. Ia bertekad untuk mampu memberikan akses kesehatan yang terbuka dan mumpuni bagi masyarakat. “Juga semoga semakin banyak orang bisa menyadari akan pentingnya kesehatan serta mengubah perilaku juga gaya hidup mereka sebagai langkah preventif,” harapnya.
Penulis : Bolivia Rahmawati
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Brian Arianto Tanuwidjaja