Muhammad Irsyad (23 tahun) nampak sumringah ketika menerima rombongan pimpinan Universitas Gadjah Mada yang dipimpin oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. wening Udasmoro, saat meninjau lokasi KKN PPM di Dusun Bontitan, Desa Sendangagung, Minggir, Sleman pada akhir pekan lalu, Jumat (21/7). Usai menyalami tamu satu persatu, Irsyad kemudian dituntun oleh rekannya masuk ke dalam rumah bersama rekan mahasiswa lainnya duduk berjejer di atas tikar sambil mendengar paparan peningkatan publikasi SDGs melalui program kerja KKN PPM UGM oleh tim Humas UGM.
Irsyad merupakan salah satu dari 28 mahasiswa yang tengah melaksanakan KKN di Dusun Bontitan dari akhir Juni lalu hingga pertengahan Agustus mendatang. Irsyad sendiri merupakan mahasiswa penyandang disabilitas tunanetra yang ikut dalam penerjunan Kuliah Kerja Nyata antar semester tahun ini.
Meski memiliki keterbatasan dalam mobilitas, mahasiswa prodi Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PsDK) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) UGM ini mengaku masih bisa menjalankan aktivitasnya dalam berinteraksi dengan warga masyarakat dengan dibantu oleh rekan tim mahasiswa KKN lainnya. Tidak jarang ia juga sering diajak berkunjung ke rumah warga atau bersilaturahmi dengan rumah perangkat desa.
Laki-laki asal Solok Selatan, Sumatera Barat ini mengaku menyusun sendiri proposal program kerjanya, namun dalam tahap pelaksanaan kegiatan ia dibantu oleh rekan mahasiswa lainnya. Salah satu program kerja yang ia kerjakan adalah sosialisasi pentingnya pemilahan sampah, edukasi soal KIP Kuliah dan disability awareness.
“Saya sendiri yang buat kisi-kisi program kerjanya yang kemudian dibantu oleh rekan sesama timnya untuk disosialisasikan ke lingkungan warga. Saya juga sering diajak jika ada kunjungan ke perangkat desa seperti ketua RT dan pak Dukuh,” kata anak bungsu dari enam bersaudara ini.
Soal program pengelolaan sampah, Irsyad selalu menekankan pentingnya bagi warga untuk tidak membakar sampah, namun sebaliknya memilah sampah dari yang sampah plastik hingga sampah organik. “Saya sampaikan dampak negatif jika sering membakar sampah. Sebaiknya dititipkan di bank sampah tidak dibakar, dipisah sampah organik dan non organik,” ungkapnya.
Dia bersyukur rakan-rekan tim mahasiswa KKN banyak mendukungnya dalam menjalankan program bahkan banyak membantunya saat beraktivitas dan melakukan mobilitas. “Sehari-hari semua saling support, saat sosialisasi ke warga saya selalu diajak dan dilibatkan dalam kegiatan,” kenangnya.
Wening Udasmoro mengatakan Irsyad merupakan salah satu mahasiswa penyandang disabilitas yang kuliah di UGM. Meski memiliki keterbatasan secara fisik, namun menurut Wening tidak menutup peluang bagi Irsyad untuk kuliah dan melaksanakan kegiatan KKN di lapangan. Sebab, menurut Wening sudah menjadi komitmen UGM sebagai kampus inklusi yang ramah bagi penyandang disabilitas.
“Komitmen ini dibuktikan dengan menerima mahasiswa dari kalangan disabilitas dan mengembangkan pembelajaran yang ramah disabilitas,” ujarnya
Wening juga mengapresiasi tim KKN saling mendukung satu sama lain dalam menjalankan program kerjanyanya. “Kita sangat mengapresiasi para mahasiswa yang sudah saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam mendarmabaktikan waktunya untuk mengabdi di masyarakat,” kata Wening.
Kepala Dukuh Bontitan, Minggir. Arief Munandar, menambahkan selama di tengah masyarakat menurut Arief mahasiswa menjalankan program dengan baik dan lancar bahkan mendapat apresiasi dari warga setempat.
Sementara Ketua RW Bontitan 7, Sarmiadi, menuturkan pihaknya selalu mengawasi seluruh kegiatan mahasiswa apalagi rumahnya digunakan sebagai lokasi mes mahasiswa. “Mahasiswa KKN di sini benar-benar saya anggap seperti anak saya sendiri. Saya akui anak-anak mahasiswa betul-betul menjaga etika kesopanan di masyarakat,” katanya.
Kormanit Mahasiswa KKN Minggir, Julian Dwi Efendi, mengaku masyarakat sangat antusias dengan program kerja yang mereka lakukan dan setiap akhir pekan para mahasiswa berkumpul dengan masyarakat untuk melakukan olahraga senam bersama. “Kita selalu melaksanakan senam bersama. Masyarakat di sini antusias dan untuk berkolaborasi dan memudahkan kita ketika mau menjelaskan program kerja. Selama ini lancar dan saling membantu,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson