Papuana Rosalia Petegau, 23 tahun, merupakan salah satu diantara 2.049 lulusan program sarjana dan sarjana terapan UGM yang diwisuda oleh UGM, Rabu (20/11). Menyandang gelar Sarjana Peternakan menjadi kebahagiaan sendiri bagi gadis asal Kabupaten Mappi, Provinsi Papua Selatan ini.
Bagi Papuana, berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana dari Fakultas Peternakan UGM patut disyukuri. Terlebih bila mengingat panjangnya perjalanan yang ia lalui hingga saat ini. Anak kedua dari 3 bersaudara mengaku bersyukur dirinya bisa kuliah di kampus UGM apalagi akhirnya lulus dari salah satu kampus terbaik di tanah air. Tidak banyak siswa-siswi dari daerahnya bisa menempuh studi di UGM.“Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Peternakan UGM. Banyak hal saya dapatkan dari sini,”kata Papuana, Kamis (21/11).
Papuana bercerita, ia diterima sebagai mahasiswa UGM tahun 2020 lalu merupakan salah satu mimpinya yang tercapai. Betapa tidak, saat duduk di bangku SMA Negeri 1 Edera Bade Mappi, ia harus rela berjalan kaki menuju sekolahnya yang berjarak 12 Km dari rumah. Ia jalani semua itu tanpa banyak mengeluh mengingat kondisi keluarganya yang berasal dari keluarga sederhana. Ya, jalan kaki. Sekolah masuk pukul 07.30 sehingga dari rumah harus berangkat pukul 05.30,”kenangnya.
Ayahnya adalah seorang petani yang terkadang bekerja serabutan sebagai pekerja bagasi kapal di pelabuhan. Sedangkan sang ibu sudah meninggal dunia. Praktis ia dibesarkan oleh Ayahnya sebagai orangtua tunggal.
Meski berasal dari keluarga yang sederhana, Papua tidak pernah kehilangan asa untuk mencapai mimpinya. Ia selalu semangat dalam belajar. Bahkan setelah lulus tahun 2019, ia memilih tidak mendaftar kuliah sebaliknya mengikuti les privat beberapa mata pelajaran di Yogyakarta selama 1 tahun hingga akhirnya di tahun 2020 diterima di Fapet UGM lewat ujian mandiri. “Kebetulan hanya 2 orang yang berasal dari satu SMA saya diterima di UGM,”katanya.
Ingin Mengabdi di Kampung Halaman
Menjalani awal-awal hidup di Yogyakarta, kata Papuana, mengaku sempat kesulitan untuk bersosialisasi karena terkendala bahasa. Bahkan menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi saat menempuh studi di UGM. Namun begitu, ia pun banyak belajar dan bertanya kepada teman-teman mahasiswa lainnya ketika tidak paham bahasa terutama bahasa Jawa. “Saya banyak belajar dengan rekan mahasiswa lainnya,” ujarnya
Usai menyandang gelar sarjana, Papuana berencana ingin kembali ke Mappi Papua Selatan untuk mengabdi di kampung halamannya. Ia berkeinginan membesarkan daerahnya, dan ia sangat bersemangat mebngembakan peternakan sapi di daerahnya. Hal ini cukup beralasan karena di daerahnya ternak sapi tidak terurus dengan baik. “Sapi dibiarkan saja tidak diurus dan mencari makan seadanya. Kalau sakit ya akhirnya mati. Untuk itu saya tertantang untuk mencari ilmu bagaimana memelihara sapi dengan benar,” terangnya.
Reportase : Satria/Humas Fak.Peternakan
Penulis : Agung Nugroho