Sania Nadlirotullubba, salah satu wisudawan dari prodi Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,98 pada wisuda Program Sarjana dan Diploma Periode I Tahun Akademik 2025/2026 yang digelar Selasa (25/11) lalu di Grha Sabha Pramana. Padahal IPK rata-rata untuk 1.729 lulusan Program Sarjana Periode ini adalah 3,51.
Sania bercerita bahwa sejak awal dirinya tidak memiliki ketertarikan pada dunia komputer. Akan tetapi keputusan itu berubah setelah Sania mendapatkan saran dari keluarga untuk mencoba bidang lain. Lalu setelah adanya pertimbangan, ia memilih Ilmu Komputer yang menurutnya paling relevan dalam mengaplikasikan konsep matematika yang menjadi minatnya. “Karena kan di dunia komputer masih ada matematikanya, jadi aku memutuskan masuk prodi Ilmu Komputer,” jelasnya saat diwawancarai, Senin (1/12).
Sania menjelaskan terdapat tantangan tersendiri dalam menyelesaikan tugas akhir. Pada awalnya ia tertarik untuk mendalami keamanan informasi dan memilih laboratorium kriptografi sebagai fokus risetnya. Akan tetapi, kondisi berubah setelah ia diterima magang di salah satu instansi pemerintahan. Adanya perbedaan arah penelitian dan pekerjaan membuatnya harus mengganti topik agar ia tidak kewalahan dalam mengumpulkan data. Lalu ia mengganti topiknya yang berkaitan dengan algoritma dan simulasi tsunami. Hal ini membuatnya harus mempelajari konsep persamaan gelombang hingga cara gelombang merambat. Walaupun mempelajari topik baru dari awal, ia menyebut proses tersebut sekaligus menjadi sarana dalam membuka wawasan baru dan memperkaya pengetahuannya. “Banyak hal yang kupelajari itu bahkan nggak diajarkan di kampus, tapi justru dari situ aku mendapat banyak insight baru,” paparnya.
Mengenai pencapaiannya meraih IPK tertinggi, Sania menyebut bahwa konsistensi dalam mencatat apa yang disampaikan oleh dosen selama perkuliahan menjadi kunci utama. Ia selalu menulis materi pada setiap kelas sehingga memudahkannya dalam mempelajari ulang apa yang ia dapatkan di kelas. Kebiasaan membaca dan melakukan review materi secara mandiri juga menjadi peran utama dalam menunjang pemahamannya. Ia juga mengungkapkan rasa syukurnya bisa memiliki lingkungan belajar yang suportif, serta dosen yang selalu mendukungnya untuk menyelesaikan tugas akhir dengan baik.
Lebih lanjut, ia juga memaparkan pentingnya manajemen waktu yang berfokus pada satu hal dalam satu rentang jam tertentu. Saat menjalani magang di instansi pemerintahan, ia memastikan agar jam magang hanya digunakan untuk menyelesaikan tugas dan proyek magang yang menjadi tanggung jawabnya. Sementara itu pada malam hari, ia memaksimalkan waktu untuk mengerjakan tugas akhir atau menyelesaikan keperluan akademik lainnya. Ia menilai, keseimbangan waktu tersebut dapat dicapai dengan memaksimalkan waktu yang dimiliki. “Intinya, maksimalkan apa yang bisa dikerjakan pada jam itu. Kalau waktunya kerja ya kerja, kalau waktunya tugas ya tugas,” jelasnya.
Meski mengaku ilmunya masih terbatas dan belum sepenuhnya yakin mengenai kontribusi besar yang bisa diberikan ke masyarakat, Sania berharap dapat memulai dari langkah sederhana, yaitu memberikan pengetahuan yang ia miliki kepada orang lain. Bagi Sania, berbagi ilmu kepada teman-teman terdekat, keluarga, hingga khalayak luas menjadi salah satu rencana yang ingin diwujudkan setelah ia lulus. Ia juga menuturkan bahwa telah lama memiliki ketertarikan pada kegiatan mengajar. Dengan gelar sarjana komputer yang telah diraihnya, ia ingin memperkenalkan konsep teknologi kepada masyarakat, khususnya mengenai kecerdasan buatan dan penelitian berbasis teknologi. “Sejak dulu aku suka banget ngajar, jadi aku berharap bisa membagikan ilmu tentang bagaimana AI bekerja dan cara membuat penelitian berbasis teknologi,” pungkas Sania.
Penulis : Cyntia Noviana
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok. Sania
