
Keinginan mewujudkan mimpi menjadi peneliti di bidang ekonomi pembangunan dan kebijakan publik menguatkan alumnus UGM, Sylvia Febiandita, melanjutkan studi lanjut pendidikan master dan doktor setelah berhasil meraih beasiswa Arryman Scholarship. Beasiswa ini tentu bukan sekadar berkesempatan untuk melanjutkan studi, namun membuka jalan baginya menjadi seorang peneliti.
Sylvia merupakan lulusan terbaik Program studi Ilmu Ekonomi FEB UGM tahun 2022. Ia baru saja menyelesaikan pendidikan master di SOAS University of London pada program MSc in Development Economics, dan kini akan terus melanjutkan ke jenjang doktoral.
Keberhasilnannya bisa menjutkan studi lanjut di luar ngeri, diakuinya, tidak lepas dari pengalaman selama tiga tahun menjadi asisten peneliti di berbagai institusi, mulai dari Unit Penelitian dan Pengembangan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) FEB UGM, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, hingga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta sehingga membuka wawasannya akan pentingnya fondasi teori dan metodologi yang kuat. “Karenanya saya menguatkan tekad untuk melanjutkan studi pascasarjana guna melengkapi insight yang saya peroleh saat menempuh studi sarjana,” ujarnya Selasa (9/9).
Mendapat beasiswa Arryman Scholarship menjadi sesuatu yang luar biasa baginya. Bagi Sylvia, beasiswa ini terasa istimewa karena ia bisa melanjutkan pendidikan program S2 hingga S3 di bidang ilmu ekonomi. Tidak hanya itu, dengan beasiswa ini, iapun terbantukan dalam biaya hidup hingga asuransi kesehatan. Sylvia sungguh sangat bersyukur dengan beasiswa ini membuka peluang untuknya mengembangkan jejaring dan berdiskusi lintas disiplin. “Penerima beasiswa ini berasal dari berbagai disiplin ilmu sosial, dan menariknya para penerima beasiswa Arryman berkesempatan untuk menempuh postdoctoral fellowship di salah satu Institutes for Advanced Studies (IFAR) seusai masa studi,” jelasnya.
Perjalanan Sylvia meraih beasiswa Arryman Scholarship merupakan perjalanan panjang yang menarik. Saat menjalani studi sarjana, ia pernah meraih beasiswa prestisius seperti GenBI Bank Indonesia, IISMA ke University of Pennsylvania, dan Young Leaders for Indonesia dari McKinsey & Company. Hanya saja perjalanannya meraih beasiswa program pascasarjana sebagai perjalanan yang tidak berlangsung mulus. Iapun harus mengalami penolakan dari dua beasiswa pascasarjana lain sebelumnya. “Saya sempat ditolak oleh dua beasiswa meskipun saat itu sudah dinyatakan diterima oleh beberapa program di Amerika Serikat dan Inggris. Proses ini membuat saya belajar untuk terus refining tujuan saya dalam menempuh studi pascasarjana, dan beberapa hal apa yang saya rencanakan secara mendalam ke depannya,” paparnya.
Sylvia mengungkap sejumlah tantangan harus ia alami saat proses mendaftar beasiswa mulai dari penulisan esai hingga menentukan program yang akan dipilih. Menurutnya, hal itu sangat penting dan tidak bisa dianggap sepele karena tidak semua biaya pendidikan bisa dipenuhi dari skema beasiswa. Kegagalan yang dialami sebelumnya menjadi pijakan baginya untuk mempersiapkan pendaftaran program pascasarjana dan beasiswa secara lebih matang lagi. Karena itu, saat mendaftar Arryman Scholarship, ia berusaha mempersiapkan sebaik mungkin mulai dari penyusunan esai, memperbarui hasil tes IELTS, hingga mendaftar program SOAS University of London.
Tips mendaftar beasiswa ini, katanya, selain melakukan perencanaan secara matang sebaiknya pendaftar banyak membaca literatur terkait topik yang ingin diteliti hingga mendukung rencana matang studinya. Perlu juga menyeimbangkan keterbukaan terhadap insight- insight baru yang akan dipelajari saat studi mengingat beasiswa Arryman tidak hanya jenjang master, tetapi juga doktoral. “Yang tidak kalah penting menjaga kesehatan fisik dan mental karena proses pendaftaran memakan waktu panjang. Tidak apa-apa beristirahat sejenak di tengah perjalanan. Hanya saja, pastikan ketika kembali para pendaftar bisa bangkit dengan lebih kuat. Perjalanan memang panjang, jadi wajar kalau merasa lelah. Beri diri waktu untuk istirahat, sekaligus jaga kesehatan fisik dan mental,” ungkapnya memberi tips untuk yang lain.
Sylvia kini mengaku siap menjalani studi lanjut, dan ia bersyukur pengalaman kuliah di FEB UGM bisa menjadi bekal, terutama terkait mata kuliah Ekonometrika dan pengalaman penelitian. Iapun mengaku keterlibatannya di Badan Penerbit dan Pers Mahasiswa (BPPM) EQUILIBRIUM, Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UGM (Himiespa), serta program IISMA di University of Pennsylvania semakin memperluas perspektif akademik dan jejaring internasionalnya. “Nilai-nilai integritas, profesionalisme, objektivitas, dan kepedulian sosial yang ditanamkan di FEB UGM tetap menjadi pegangan dalam menapaki jalan panjang sebagai peneliti. Bagaimanapun FEB UGM turut berperan untuk membentuk saya menjadi aspiring researcher yang tidak hanya mengedepankan integritas tetapi juga aspek-aspek sosial yang berkeadilan,” ucap Sylvia.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Penulis : Agung Nugroho
Foto. : Dok. Sylvia