Kiswanto (52) nampak menyeka air matanya saat menyaksikan anak bungsunya dan istrinya ditampilkan dalam video profil keluarga mahasiswa baru UGM yang mendapat subsidi UKT 0. Anak bungsunya, Putri Atmawan Pujaningsih (18) diterima di prodi Hygiene Gigi Fakultas Kedokteran Gigi. Tidak hanya Kiswanto, ada empat perwakilan orang tua yang ditampilkan dalam video tersebut yang sengaja diundang oleh Dirmawa UGM dalam Temu Orang Tua Mahasiswa Baru UGM, Senin (31/1).
Kiswanto merupakan salah satu dari 4.000 orang tua mahasiswa baru yang diundang. Tidak semua orang tua diundang di acara tersebut mengingat kapasitas gedung Grha Sabha Pramana tidak cukup bisa menampung jumlah mahasiswa baru UGM yang mencapai 10.106 orang.
Beruntung bagi Kiswanto, ia tidak hanya sekedar diundang hadir namun juga didaulat untuk memberikan pidato sambutan mewakili para orang tua. Pria yang tinggal di Sumbawa Barat ini sehari-hari berprofesi sebagai pegawai tidak tetap dan bekerja sebagai pendamping penyuluh pertanian Pemkab Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, lebih dari 15 tahun.
“Bisa kuliah di kampus biru ini tentu kebanggaan kita sebagai orang tua, karena putra dan putri kita dapat masuk ke universitas terbaik di Indonesia yang menjadi mimpi bagi banyak anak Indonesia lainnya di luar sana,” kata Kiswanto saat memberikan pidato sambutan perwakilan orang tua mahasiswa baru.
Usai memberikan pidato sambutan, Kiswanto dengan empat perwakilan orang tua penerima subsidi UKT 0 alias gratis ini juga diundang naik ke atas panggung untuk menerima bantuan laptop dari Rektor guna mendukung aktivitas perkuliahan anaknya.
Rektor UGM Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.,Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat dan Alumni, Dr. Arie Sujito, secara simbolis menyerahkan laptop ke masing-masing orang tua.
Dalam kesempatan itu, Rektor sempat berdialog dengan Mukhlis (46), orang tua dari Muhammad Arifin Ilham (18) yang diterima di prodi Hubungan Internasional Fisipol UGM. Pria asal Desa Lam Geu Eu, Peukan Bada, Aceh Besar, merupakan keluarga korban tsunami tahun 2004. Rumahnya luluh lantak sehingga ia dan keluarganya menghabiskan waktu berbulan-bulan di barak pengungsian ketika itu.
Muklis saat ini membuka usaha toko kelontong untuk menghidupi keluarga. Dari usahanya itu, pendapatan yang dihasilkan setiap bulannya rata-rata Rp1-1,5 juta.
“Anaknya diterima dimana, Pak?” tanya Rektor saat memulai dialog.
“Diterima di HI (Hubungan Internasional)” jawabnya.
“Anak ke berapa?”
“Anak pertama dari tiga bersaudara,” ujar Mukhlis.
“Apa harapan untuk anaknya?”
“Saya cukup bangga dengan anak saya diterima di Universitas Gadjah Mada. Harapannya, semoga ia bisa berhasil,”
“Sekali lagi, Selamat ya Bapak. Semoga ananda bisa menjadi kebanggan keluarga,” kata Rektor.
Selanjutnya giliran Indah asal Kediri, Jawa Timur, yang merupakan ibunda dari Yosia Deby Hasibuan yang diterima di prodi Gizi FKKMK UGM.
“Siapa yang memilih masuk Gizi UGM?” tanya Arie Sujito.
“Anaknya sendiri yang memilih di UGM. Kami sebenarnya sungguh cemas mengingat kondisi ekonomi. Bagaimana nanti ia di kota besar dan di universitas semegah itu, apakah mampu?. Puji Tuhan Yesus, kami dapat subsidi seratus persen semoga bisa selesai tepat waktu,” kata Indah.
Pada pertemuan Temu Orang Tua Mahasiswa Baru, selain menayangkan video profil mahasiswa dari keluarga kurang mampu, juga diperkenalkan satu persatu para pimpinan Universitas dan Fakultas serta Sekolah di lingkungan UGM. Selain itu, ada pemaparan kegiatan kegiatan akademik dan kemahasiswaan yang disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Firsto