
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada melalui Satgas Pengelola Sampah Organik memenuhi undangan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM untuk mengisi sesi berbagi pengalaman pengelolaan limbah. Kegiatan yang berlangsung pada Sabtu (27/9) silam di Auditorium Herman Yohannes ini, diikuti oleh dosen, kepala departemen, serta sekitar 90 mahasiswa Departemen Matematika.
Kegiatan ini menjadi wadah pertukaran praktik baik pengelolaan sampah yang telah diterapkan di lingkungan Fakultas Biologi. Kehadiran Satgas menjadi bentuk kontribusi nyata dalam mendukung program keberlanjutan kampus. “Kami hadir untuk menunjukkan bagaimana pengelolaan sampah dapat dijalankan secara mandiri dan berkelanjutan,” ujar Dr. Dwi Umi Siswanti, S.Si., M.Sc., selaku ketua satgas.
Dalam paparannya, Dwi Umi menyampaikan sejumlah inovasi hasil riset dosen dan mahasiswa Biologi. Beberapa produk yang telah dikembangkan antara lain probiotik Bio-2023 yang berfungsi mempercepat proses pengomposan, pupuk biofertil, hingga eco-enzim. Fakultas Biologi juga menghasilkan vermikompos, pel lantai organik, serta alat pencacah sederhana untuk mendukung proses pengolahan limbah. Semua inovasi tersebut telah diimplementasikan di lingkungan kampus dengan hasil yang nyata. “Kami ingin memastikan bahwa sampah organik bisa diolah menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pengelolaan sampah organik di Fakultas Biologi dijalankan dengan prinsip partisipatif dan riset terapan. Sivitas dilibatkan secara aktif dalam proses pengumpulan, pemilahan, hingga pengolahan. Mahasiswa juga diberi kesempatan untuk ikut mengembangkan produk baru berbasis kebutuhan lapangan. Keterlibatan ini diharapkan menumbuhkan kepedulian sekaligus keterampilan praktis dalam isu lingkungan. “Harapannya setiap fakultas mampu berkontribusi dalam mengurangi timbunan sampah di kampus,” terang Dwi Umi.
Kegiatan tersebut juga menghadirkan pemaparan dari Walyono, S.T., M.Eng., Kepala Sub Direktorat Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Direktorat Aset UGM. Ia menjelaskan bahwa UGM menghasilkan lebih dari enam ton sampah setiap harinya yang mencakup organik, anorganik, dan residu. Untuk itu, diperlukan sistem pengelolaan yang terintegrasi dan berkesinambungan. Saat ini, pengolahan dilakukan secara mandiri melalui Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) UGM. “Kami berkomitmen menjadikan pengelolaan sampah sebagai tanggung jawab bersama seluruh sivitas. Langkah kecil yang kita lakukan di kampus dapat memberi dampak luas bagi keberlanjutan lingkungan,” jelas Walyono.
Mahasiswa Departemen Matematika yang hadir menunjukkan antusiasme tinggi terhadap pemaparan yang diberikan. Mereka menilai alur pengelolaan sampah yang dijalankan Fakultas Biologi dapat dijadikan bahan pemodelan matematis. Hal ini membuka ruang kolaborasi lintas disiplin antara biologi dan matematika dalam menyelesaikan persoalan nyata. Diskusi berlangsung interaktif dengan berbagai pertanyaan terkait teknis pengolahan dan prospek riset ke depan.
Sebagai tindak lanjut, mahasiswa direncanakan membuat pameran hasil pemodelan pengelolaan sampah yang kemudian akan dilombakan. Agenda ini diharapkan menjadi sarana pembelajaran kreatif sekaligus mendorong lahirnya ide-ide baru. Dengan demikian, pemahaman tentang lingkungan dapat diintegrasikan dengan keilmuan matematika. Langkah ini menunjukkan bagaimana isu keberlanjutan bisa dijadikan tema pembelajaran interdisipliner.
Reportase: Humas Fakultas Biologi UGM
Penulis: Triya Andriyani