Carica merupakan buah khas dari daerah dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah dan menjadi salah satu sumber mata pencaharian masyarakat terutama bagi pelaku-pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sebagai salah satu manisan khas Dieng, pemanfaatan buah carica hanya terbatas pada daging dan biji. Sayangnya, kulit buah hanya sekedar menjadi limbah dan menimbulkan bau yang tidak sedap bagi warga sekitar. Belum termanfaatkannya kulit carica ditangkap sebagai peluang bagi mahasiswa KKN UGM.
Mahasiswa KKN UGM berkolaborasi dengan KKN-T IPB menginisiasi pembuatan eco-enzyme sebagai salah satu cara pengolahan limbah kulit tersebut. Eco-enzyme merupakan cairan yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik yaitu kulit buah, sayuran, air, dan gula merah dengan karakteristik berwarna coklat tua serta mempunyai aroma asam dan manis yang kuat. Eco-enzyme dapat dimanfaatkan sebagai pupuk ramah lingkungan dan cairan pembersih karena memiliki sifat alami, bebas dari bahan kimia, mudah terurai, ramah lingkungan, dan lembut di tangan.
Memiliki harapan agar semua pegiat UMKM manisan buah carica bisa memanfaatkan limbah kulit menjadi Eco-enzyme, mahasiswa melakukan demonstrasi pembuatan eco-enzyme yang dilakukan pada hari Selasa, 16 Juli 2024 dengan dihadiri lebih dari 15 orang anggota Komunitas Wanita Tani (KWT) Dieng Syariah. Dalam acara tersebut, terdapat beberapa bahan yang dibutuhkan seperti galon bekas 15 liter, gula merah 1 kg, kulit buah carica 3 kg, air 6 liter, dan kayu pengaduk. Dion, salah satu mahasiswa KKN UGM, menjelaskan tahapan-tahapan pembuatan Eco-enzyme.
Pembuatan eco-enzyme dimulai dengan pencucian kulit buah carica hingga bersih dengan menggunakan air mengalir. Selanjutnya, gula merah diiris tipis-tipis agar mudah larut dengan air. Seluruh bahan-bahan dimasukkan ke dalam galon bekas berisi air 6 liter dan pastikan tertutup rapat. “Selama proses fermentasi, eco-enzyme harus diaduk dalam waktu periodik H+1, H+7, dan H+30 hari. Selanjutnya, tidak perlu dilakukan pengadukan hingga 2 bulan,” ungkapnya.
Setelah satu bulan berlalu, hasil dari pembuatan Eco-enzyme sudah mulai terlihat. Aroma manis dan asam mulai tercium yang menandakan bahwa fermentasi berjalan dengan baik. Dengan adanya Eco-enzyme, diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi rumah tangga karena dapat dimanfaatkan sebagai sabun cuci piring, cairan pembersih lantai, dan pupuk cair.
Hal ini tentunya juga akan mendukung mayoritas penduduk Dieng Kulon yang berprofesi sebagai petani. “Terima kasih sekali sudah diajarkan ya. Eco-enzyme ini dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga terutama untuk pembelian cairan pembersih, sekaligus mengurangi limbah kulit carica yang belum termanfaatkan,” ujar Jumiyati selaku Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Dieng Syariah.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Dokumentasi KKN-PPM Dieng