Pemerintah Kabupaten Magetan serius untuk mendorong dan menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor unggulan. Keseriusan tersebut sudah barang tentu perlu sinergitas dalam penguatan empat pilar pembangunan kepariwisataan yaitu pilar pembangunan destinasi, industri wisata, kelembagaan dan pemasaran pariwisata.
Diakui atau tidak kontribusi PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten Magetan salah satunya bersumber dari adanya Telaga Sarangan. Sayangnya, pendirian berbagai sarana amenitas baik berupa akomodasi maupun restoran/rumah makan di wilayah Sarangan sekitar lereng pegunungan Lawu belum tertata dengan baik. Keberadaan mereka memerlukan pengendalian agar lingkungan hijau tidak berganti dengan bangunan beton sebagai akibat desakan pengembangan pariwisata.
Dr. Destha Titi Raharjana, S.Sos.M.Si., selaku ketua tim kajian Ripparda Kabupaten Magetan 2025—2034 menegaskan hal itu terkait keinginan Pemerintah Kabupaten Magetan menata ulang Kepariwisataan Magetan lewat Rencana Induk Pariwisata. Menurutnya dalam upaya membangun sektor pariwisata di Kabupaten Magetan diperlukan pengkajian secara komprehensif yang disesuaikan dengan perkembangan wilayah, serta situasi faktul kekinian pariwisata di Kabupaten Magetan terutama di seputar Telaga Sarangan.
“Diperlukan keseriusan dalam upaya membangun sektor pariwisata di Kabupaten Magetan, dan dibutuhkan pengkajian secara menyeluruh,” ujar Destha saat berlangsung Forum Grup Discussion (FGD) Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Magetan 2024 Sebagai Pedoman bagi Pembangunan Kepariwisataan Daerah, Kamis (18/7).
Destha Titi Raharjana menjelaskan Kabupaten Magetan memiliki keragaman ekosistem. Hasil kajian sementara Puspar UGM menunjukkan bahwa karakter wisata yang ditemukan di Magetan lebih menonjolkan pada tema wisata alam dengan didukung berbagai kegiatan wisata budaya dan ekonomi kreatif. Ketiganya, menurutnya, menjadi penguat ikon pariwisata Magetan.
Eka Radityo selaku Kepala Bidang Pengelolaan Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten MagetanEka menyatakan pendapatan asli daerah Kab. Magetan dari sektor pariwisata tahun 2023 tembus di angka 20,3 miliar rupiah. Pendapatan tersebut telah melebihi target sebelumnya yaitu 19,2 miliar rupiah.
Disebutnya tingkat kunjungan wisatawan di Magetan khususnya diseputar Telaga Sarangan setiap musim liburan terlihat tinggi. Tingkat kunjungan yang tinggi ini ditandai dengan seringnya terjadinya kemacetan di lokasi wisata Telaga Sarangan.
“Ini memperlihatkan Telaga Sarangan lebih unggul dibandingkan daya tarik wisata lainnya. Sayangnya length of stay (LoS) dan belanja wisatawan di Magetan masih terbilang rendah. Karenanya kami terus berupaya mendorong alternatif daya tarik wisata lainnya agar mampu tumbuh dan menarik wisatawan,” terangnya.
Oleh karena itu, ia berharap Sport tourism menjadi salah satu peluang yang potensial untuk bisa dikembangkan di Kabupaten Magetan. Upaya ini dapat dijalankan lewat pengembangan Selendang Lawu yang berupaya untuk membuka dan mendorong peluang peningkatan potensi yang ada di kecamatan dan desa sekitar wilayah lereng Gunung Lawu.
“Upaya mengembangkan desa-desa wisata sampai saat ini sebagai salah satu upaya yang bisa dilakukan dengan harapan mampu menangkap dan menahan wisatawan, agar wisatawan yang ke Magetan tidak hanya tiga atau kurang dari 6 jam tinggal di Magetan,” terang Eka Radityo.
Dalam diskusi ini hadir pula peneliti Puspar UGM lainnya yaitu Khusnul Bayu Aji S.Par., M.Arch., dan Nissa Larasati S.Ars., M.Sc. Acara inipun dihadiri sekitar 40 orang pemangku kepentingan pariwisata diantaranya para pimpinan OPD, para Camat, Pokdarwis, pelaku seni dan ekraf, pengelola desa wisata serta perwakilan PHRI, dan Pokdarwis.
Khusnul Bayu Aji mendapati temuan data sementara, Kabupaten Magetan. Kabupaten Magetan, disebutnya memiliki 58 daya tarik wisata (DTW) yang tersebar di beberapa kecamatan. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan proses identifikasi DTW yang dilakukan.
Kecamatan Plaosan menjadi kecamatan yang memilik DTW paling banyak di Kabupaten Magetan, yaitu sekitar 18 DTW (29,31 persen). Sementara dari 58 daya tarik wisata yang dimiliki, sebanyak 51,85 persen berupa jenis wisata alam, 33,34 persen jenis wisata budaya, dan 14,81 persen jenis wisata buatan.
Berdasarkan tingkat kunjungan wisatawan, dari keseluruhan 58 daya tarik wisata terdapat beberapa daya tarik wisata unggulan seperti Telaga Sarangan, Mojosemi Forest Park, Taman Genilangit, dan Kebun Bunga Refugia. sedangkan dari sisi fasilitas kepariwisataan yang ada, Magetan memiliki 149 unit hotel dengan jumlah kamar sebanyak 1.932 unit kamar.
“Sayangnya, dari sekian ratus unit hotel tersebut belum ada satupun hotel berbintang yang memenuhi kualifikasi untuk dijadikan venue event berskala besar. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi Magetan mengingat wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) sesungguhnya sebagai yang sangat potensial untuk dikembangkan,” papar Khusnul Bayu Adji.
Nissa Larasati, salah satu anggota tim kajian menyoroti pemanfaatan media internet sebagai salah satu fasilitas pendukung pemasaran pariwisata. Meski sangat dibutuhkan, fakta di lapangan masih banyak daya tarik wisata termasuk desa wisata di Magetan belum maksimal dalam memanfaatkan media sosial sebagai wadah memasarkan pariwisata.
“Kemauan masyarakat masih rendah dalam berkontribusi mengembangkan wisata, ini tentunya menjadi tantangan. Karenanya sangat diperlukan sinergitas antara masyarakat, pemerintah, dan OPD terkait dalam memasarkan serta mengembangkan daya tarik wisata selain Telaga Sarangan, agar kunjungan wisatawan ke Magetan merata, dan dapat dikemas dalam berbagai bentuk paket wisata,” papar Nissa.
Penulis: Agung Nugroho