
Desa Karangwotan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah telah lama mengalami krisis air bersih akibat kondisi wilayah batu kapur. Kondisi ini semakin diperparah karena area resapan hutan yang semakin berkurang. Tim Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM), Universitas Gadjah Mada menginisiasi peningkatan akses air bersih warga Desa Karangwotan melalui program unggulan “Filtrasi Air Kapur untuk Kehidupan Sehari-hari” untuk mengubah air kapur menjadi air bersih layak konsumsi bagi warga.
Batu kapur diketahui sangat mempengaruhi kualitas air sumur warga, yang menyebabkan air terasa getir, mengandung kapur tinggi, dan sering meninggalkan kerak pada alat rumah tangga. Akibatnya, warga mengandalkan air galon untuk kebutuhan memasak dan konsumsi, yang berdampak pada meningkatnya beban pengeluaran rumah tangga dalam jangka panjang. Sedangkan dalam hasil observasi selama tujuh hari yang dilakukan Tim KKN-PPM UGM Jelajah Pucakwangi, ditemukan kandungan partikel padat terlarut pada air tanah yang dikonsumsi warga. Pengujian kualitas air menggunakan water test kit mendeteksi kandungan TDS (Total Dissolved Solid) yang tinggi, termasuk larutan kapur.
Disampaikan Aldi, mahasiswa KKN dari program studi Teknik Geologi, kondisi ini selaras dengan geologi regional dari Desa Karangwotan yang tersusun atas batu gamping, serta fakta bahwa muka air sungai memiliki elevasi yang lebih tinggi dari air tanah, sehingga memungkinkan air sungai turut mengisi air tanah di sekitarnya. “Air berkapur di Desa Karangwotan, Kecamatan Pucakwangi disebabkan oleh batu kapur yang menyusun daerah tersebut, sehingga saat air tanah mengalir akan melarutkan kandungan kapur dari batuan tersebut,” ujar Aldi, Selasa (5/8).
Tim KKN-PPM Jelajah Pucukwangi kemudian menindaklanjuti dengan pemasangan alat filtrasi air di sejumlah titik strategis desa. Alat ini dirancang secara sederhana namun efektif untuk menurunkan kadar kapur dan padatan terlarut lain, sehingga air menjadi lebih layak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga memasak. Hal ini tentunya menjadi salah satu inovasi yang disambut baik oleh masyarakat. Mengingat partikel pada seperti kapur dalam air yang dikonsumsi dalam jangka panjang dapat berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.
Program ini tidak hanya memberikan solusi praktis, tetapi juga mengedukasi masyarakat akan pentingnya pengelolaan air bersih secara mandiri dan berkelanjutan. Warga dilibatkan secara langsung dalam instalasi dan pemeliharaan alat, agar terjadi transfer pengetahuan yang mendorong keberlanjutan program setelah masa KKN berakhir. “Kami ingin memberikan kontribusi nyata yang berkelanjutan. Dengan program filtrasi ini, masyarakat bisa menghemat pengeluaran air galon sekaligus mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,” ungkap Aldi.
Tim KKN-PPM UGM Jelajah Pucukwangi di bawah bimbingan Dr. Roza Azizah Primatika , S.Si., M.Si. berharap dapat meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat Desa Karangwotan dalam mengelola sumber daya air secara lebih bijak dan mandiri. Program-program kemasyarakatan dirancang tidak hanya sebagai sarana pembelajaran, namun juga melatih daya pikir memahami dan menganalisa masalah masyarakat sebelum menyusun solusi strategis yang berdampak. Dalam hal ini, program KKN-PPM UGM berupaya terus menjadi wadah pembelajaran sekaligus kontribusi nyata terhadap negeri.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim KKN Pucukwangi