Wisuda bukanlah akhir dari sebuah perjalanan bagi para mahasiswa program fast track, program percepatan studi bagi mahasiswa jenjang sarjana (S1) langsung ke jenjang magister (S2) dengan persyaratan spesifik yang ditentukan oleh program studi. Dalam gelaran Wisuda Program Sarjana dan Sarjana Terapan periode IV Tahun Angkatan 2024/2025 pada 24-25 Agustus lalu, terdapat 82 wisudawan jalur fast track yang telah menyelesaikan program sarjana dan tengah melanjutkan kuliah ke jenjang pendidikan magister secara bersamaan. Dua diantaranya adalah Muhammad Faris Al Rif’at dari prodi Proteksi Tanaman , Fakultas Pertanian dan Shafira Khairunnisa Subchan dari prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik.
Kegembiraan tentu terukir dalam diri Muhammad Faris Al Rif’at, salah satu wisudawan yang meraih IPK 3,93 dalam program fast track dari Program Studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Meski baru selesai wisuda S1, ia sudah terdaftar dan menjalani kuliah S2 di prodi Ilmu Hama Tanaman. “Mulai semester 7 di program sarjana, saat penyusunan skripsi, saya juga harus menjalani kuliah reguler untuk program magister. Senang sekali karena satu fase perjalanan pendidikan berhasil dilalui,” terang Faris.
Ia memulai program fast track atau akselerasi saat di semester 7 dan 8 sembari. Dalam waktu bersamaan ia juga menjalani kuliah mengambil 14 sks di semester 1 dan 16 sks di semester 2 pada program magister. Faris mengaku ia harus pintar-pintar membagi waktu antara kegiatan penelitian skripsi S1 dengan kegiatan kuliah reguler S2 program fast track. “Tantangan terberat saat kuliah adalah menyesuaikan timeline waktu antara penelitian, kuliah program master, menjadi asisten peneliti dan praktikum, dan pembinaan asrama,” ungkapnya.
Meski begitu, Faris memiliki kiat khusus untuk mengatasi adanya tumpang tindih tersebut. Ia selalu mempersiapkan bahan bacaannya sebelum memulai kelas dan kemudian menetapkan fokusnya pada kelas serta memperbanyak diskusi. “Menurut saya tidak ada yang berat. saya mengerjakan penelitian skripsi di sore atau sebaliknya, walau tidak jarang ketika weekend atau hari libur saya tetap harus ke kampus atau laboratorium untuk mengerjakan,” kenangnya.
Topik penelitian skripsinya soal lalat buah masih menjadi hama utama penyebab kerusakan dan menghambat ekspor pada buah salak. Hasil penelitian skripsinya ini dilanjutkan pada penelitian tesis tentang pola perilaku serangan Lalat Buah pada buah salak dalam skala Lapangan. Ia berharap, dari penelitian dasar di laboratorium dan penelitian skala lapangan ini dapat memberikan solusi permasalahan tersebut. “KIta ingin dari penelitian ini dapat membantu petani khususnya petani buah salak,” ujarnya.
Lulusan S1 yang mengikuti program Fast Track lainnya adalah Shafira Khairunnisa Subchan. Wisudawan prodi Teknik Sipil ini berhasil lulus dengan prestasi IPK 3,88. Shafira mengaku ia mendaftar program fast track ketika masih duduk semester 6. Bagi Shafira, program ini ia bisa “hemat satu tahun” untuk masa kuliah S2. Apalagi ia mendapat beasiswa selama menempuh jenjang pendidikan S2.”Saya mendapat potongan biaya kuliah sebesar 50% dengan syarat harus menjadi asisten dosen,” katanya.
Wisudawan yang bercita-cita bekerja di bidang struktur ketekniksipilan ini memilih Magister Teknik Sipil (MTS) yang selaras dengan program sarjananya, yaitu Magister Teknik Sipil. Program MTS dipilihnya karena selaras dengan program studi yang diikuti pada program sarjana. Selain itu, sejak awal Shafira juga sudah memiliki minat pada pendalaman pengetahuan, inovasi, dan penelitian pada bidang ketekniksipilan. ”Saya tertarik mendalami ilmu ini karena nantinya ingin dapat berkontribusi lebih signifikan dalam proyek-proyek infrastruktur yang berdampak pada masyarakat, meningkatkan kualitas, dan efisiensi konstruksi,” terangnya.
Ketertarikannya pada ilmu ketekniksipilan inilah yang menguatkan komitmennya untuk meneruskan penelitian berjudul ”Analisis Perilaku Struktur Jembatan Pedestrian Tipe Bowstring dari Material Kayu Ulin” secara mendalam pada program magister. “Inti penelitian saya di skripsi waktu itu terkait perilaku struktur jembatan kayu dengan batasan belum memperhitungkan konfigurasi sambungan kayu. Sedangkan pada tesis, penelitian lebih dispesifikkan pada sambungan kayu ulin yang dilakukan dengan metode analitik, numerik, dan eksperimen di laboratorium,” jelasnya.
Shafira mengatakan bahwa kendala dan hambatan utama saat menjalani program fast track terletak pada strategi belajar, strategi mencapai target, dan pola mengatur waktu. Menurutnya, tantangan terberat adalah saat harus mempertahankan prestasi akademik. Banyak kendala yang dialami terutama dari segi waktu. Perjuangan yang dilakukan pun juga harus sepadan. Meskipun secara keseluruhan, baginya terasa menantang, khususnya dalam hal mengatur waktu, pola tidur, belajar, mengerjakan tugas, olahraga dan lain-lain. “Tidur hanya 4 – 5 jam sudah menjadi makanan sehari-hari. Karena itu, tantangan terberat adalah mengatur pola hidup agar tetap sehat, cerdas, dan ceria. Awalnya memang terasa berat, tapi lama-lama juga terbiasa,” jelasnya penuh semangat.
Fast track merupakan program percepatan pembelajaran bagi mahasiswa yang merupakan pendidikan khusus dan diselenggarakan oleh UGM berdasar Peraturan Rektor UGM Nomor 23 tahun 2024. Masing-masing jenjang program fast track mensyaratkan ketentuan yang berbeda untuk persyaratan seleksinya yang meliputi IPK, kemampuan bahasa inggris maupun kemampuan potensi akademik. Program fast track bisa dibuka untuk program studi magister atau magister terapan, dan program doktor atau doktor terapan. Untuk program magister atau magister terapan, syaratnya harus sudah menempuh 6 semester atau belum yudisium pada jenjang sarjana. Sedangkan untuk program doktor atau doktor terapan, syaratnya minimal telah menempuh 2 semester dan belum yudisium pada saat di jenjang magister.
Reportase : B. Diah Listianingsih
Penulis : Lintang
Editor : Gusti Grehenson