Indonesia menjadi salah satu negara yang berhasil mempertahankan pertumbuhan ekonominya sebesar 5% setiap tahun. Target perekonomian nasional pada tahun 2045 adalah meraih pendapatan per kapita hingga 30.000 US Dollar. Angka tersebut tentunya bukanlah capaian yang mudah mengingat pertumbuhan ekonomi juga harus memperhatikan kesejahteraan masyarakat. “Saat ini pendapatan kita masih mencapai 5.000 US Dollar. Ini adalah fakta yang harus kita ubah, kita butuh entrepreneur yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja lebih produktif,” ucap Teten Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) Teten Masduki, dalam kuliah umum bertema “Masa Depan Perekonomian Bangsa”, Jumat (11/10), yang disampaikan secara daring di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.
Menurut Teten, target capaian ekonomi perlu dikejar dengan memaksimalkan pertumbuhan UMKM. Pasalnya, sekitar 97% lapangan pekerjaan berasal dari usaha kecil informal yang produktivitasnya masih rendah. “Tantangan ini perlu diatasi dengan memperkuat UMKM masyarakat sehingga mampu berdaya saing dan menyerap lebih banyak tenaga kerja,” katanya.
Menurutnya, pemerintah melalui kemenkop UKM tengah menginisiasi pemberdayaan dan pendampingan UMKM oleh perguruan tinggi nasional. Ia menyebutkan, tercatat sebanyak 500 startup yang tumbuh melalui program Kemenkop UKM, yakni Entrepreneur Hub. Teten menambahkan, inisiasi seperti entrepreneur hub dinilai penting sebagai wadah penghubung antara pengusaha dan investor. “Tentunya, diperlukan upaya-upaya berkelanjutan untuk memperkuat UMKM masyarakat. Guna meningkatkan daya saing UMKM, mereka harus mendapatkan akses inovasi, teknologi, dan digitalisasi,” tambahnya.
Pakar manajemen bisnis dari FEB UGM, Rocky Adiguna, MBA., Ph.D. menjelaskan bahwa saat ini sulit menaikkan daya saing UMKM karena kurangnya minat untuk mengembangkan usaha. Sejauh ini, UMKM menghadapi berbagai tantangan untuk berkembang akibat minimnya akses terhadap teknologi, minimnya literasi digital, sampai profit yang tidak berkelanjutan. Menurutnya diperlukan bantuan ekosistem agar UMKM dapat terintegrasi atau setidaknya menumbuhkan keinginan untuk berkembang. “Kita melihat UMKM ini lebih sering survival daripada berkembang. Banyak tantangannya. Maka kita perlu membuat ekosistem, dan ketika UMKM bisa tergabung dalam ekosistem maka dia bisa punya sumber daya yang di luar dirinya sendiri,” terang Rocky.
Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM, Siti Azizah, Kemenkop UKM mengatakan pihaknya telah menginisiasi program-program untuk menggenjot pertumbuhan UMKM nasional, yakni konsultasi dan pendampingan pelaku usaha, program inkubasi wirausaha, akses modal, sampai pengembangan UMKM sampai pasar ekspor.
Menurut Azizah, para pelaku usaha sebenarnya tidak perlu khawatir akan kurangnya modal dalam memulai bisnis. Pemerintah memiliki instrumen khusus agar pelaku usaha mendapatkan modal cukup, termasuk kerja sama dengan pemodal non-bank, angel investor, dan crowdfunding. “Setiap bulan kami ada program untuk mempertemukan UMKM dengan investor. Jumlah startup saat ini mencapai kurang lebih 2.400, dan yang sudah ada di kami sekitar 550. Kami masih mengejar sekitar 200 start-up lagi dan saat ini masih dibina,” paparnya.
Siti Azizah menyebutkan Indonesia masih memerlukan sekitar 4% proporsi UMKM dalam perekonomian nasional, sedangkan saat ini masih berjalan di angka 3,7%. Siti berharap, usaha-usaha yang muncul di masyarakat dapat berbasis teknologi dan dapat berkelanjutan dapat mendorong tumbuhnya pelaku UMKM yang baru.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Inilah.com