Tim Mine-Eye Gama, perwakilan dari Universitas Gadjah Mada, menjadi salah satu finalis dari 2.400 total pendaftar dan berhasil meraih Juara 2 pada kategori Business Challenge Track saat penjurian Astranauts 2024. Astranauts 2024 merupakan ajang kompetisi inovasi digital dan konferensi teknologi untuk startup dan mahasiswa yang diselenggarakan oleh PT Astra Digital. Bertujuan untuk mencari solusi inovatif dalam memperkuat ekosistem digital dan teknologi di Indonesia, pada pelaksanaan tahun ketiganya, Atranauts 2024 membawa tema “Technology Innovation for Today and The Future of Indonesia”.
Tim Mine-Eye Gama beranggotakan Daniel Imanuel Manafe, Himawan Wicaksono, dan Kevin Andika Rata (Prodi Teknologi Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol (TRIK), 2022), Menliman Joyfal Gulo (Prodi Kartografi dan Penginderaan Jauh, 2022), Sabila Hestuning (Prodi Manajemen 2023), serta Soen Eliora Valerie Natania (Prodi Biologi, 2023). Tim yang dibimbing oleh Jans Hendry, S.T., M.Eng ini mengangkat gagasan terkait solusi efisiensi waktu akuisisi data geospasial menggunakan UAV drone dan 3D LiDAR dengan sistem kontrol dan transmisi melalui jaringan broadband pribadi. Perubahan topografi tambang yang sangat cepat, memerlukan penyesuaian standar keselamatan secara berkala agar mengurangi resiko kecelakaan dan memastikan kelancaran operasional perusahaan. Mengambil kasus di PT Pamapersada Nusantara yang telah melakukan akuisisi data geospasial secara konvensional, melalui teknik yang ditawarkan oleh Tim Mine-Eye Gama, PT Pama akan mampu memberikan optimalisasi data yang besar dalam akuisisi jarak jauh secara real-time dari website untuk surveyor pada Ground Control Station Custom.
“Awalnya proyek ini hanya dikerjakan oleh saya, Himawan, dan Kevin sebagai mahasiswa TRIK saja, namun karena kami membutuhkan keahlian teknis seperti pemetaan geospasial dengan drone dan LiDAR serta penyempurnaan pada business challenge-nya, akhirnya tim lintas disiplin ilmu kami terbentuk,” ungkap Daniel selaku CEO Tim Mine-Eye Gama saat diwawancara pada Rabu (19/6). Daniel menambahkan, Jans Hendry, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing juga memiliki peranan krusial karena memberikan masukan terkait elektronika dan sistem kontrol drone agar dapat diimplementasikan secara profesional jika nantinya mendapatkan tawaran kerja sama dari pihak ASTRA Group.
Menanggapi persaingan ketat antar peserta, Daniel dan anggota tim lainnya pun merasakan kegugupan karena harus bersaing tidak hanya dengan mahasiswa tetapi juga dengan start-up yang tentunya memiliki pengalaman pitching bisnis yang sudah jauh di atas mereka. “Kesulitan mengatur jadwal karena kesibukan yang berbeda akhirnya untuk koordinasi kami sering melakukan secara daring hingga tengah malam. Bahkan pada sesi mentorship terdapat miskomunikasi yang mengharuskan kami merombak gagasan, dari survei pemetaan hasil tambang menjadi akuisisi data geospasial jalan pit-one,” ungkap Daniel.
Saat penjurian, Tim Mine-Eye Gama dapat menyampaikan secara tegas bahwa alat yang mereka buat mampu diimplementasikan di lapangan. “Bidang geospasial jarang diangkat topiknya meskipun sangat bermanfaat untuk tambang. Selain itu, diantara semua finalis hanya kami yang menawarkan gagasan software dan hardware yang saling terintegrasi, finalis lainnya hanya menawarkan gagasan terkait software saja,” ujar Daniel menjelaskan keunggulan timnya sehingga mampu memboyong gelar Juara 2 di kategori Business Challenge Track.
Berkat keberhasilannya, Tim Mine-Eye Gama mendapatkan kesempatan untuk berkolaborasi dengan Grup Astra, mentorship eksklusif dari para pakar dan pemimpin industri, serta kesempatan untuk bertemu dan mengajukan ide ke venture capital yang menjadi partner Astranauts 2024. “Kompetisi bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi tentang bagaimana kita bisa belajar, berinovasi, dan membawa perubahan positif, jadi buat adik-adik tingkat jangan ragu untuk mengambil kesempatan berkompetisi dan membawa nama baik almamater,” tutup Daniel mengakhiri wawancara.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Daniel Imanuel Manafe