Indonesia sudah lama berkeinginan memiliki Bank Syariah yang besar dan hal itu baru kesampaian pada tanggal 1 Februari 2021 lalu sebagai hasil merger tiga bank syariah milik BUMN yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah dan BNI Syariah. Dalam kancah perbankan nasional ketiga bank syariah tersebut sebelumnya tidak masuk dalam top ten sehingga diperlukan merger.
“Sebenarnya di kancah perbankan nasional ada 100 bank komersial kurang lebih. Dulu bank syariah tidak masuk dalam top ten sehingga diperlukan merger. Mereka dinilai terpinggirkan, kecil-kecil dan tidak mampu melakukan banyak aktivitas lebih besar yang berdampak masif untuk keuangan Indonesia dan masyarakat,” ujar Dr. Hery Gunardi, MBA, Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), di GSP UGM, Kamis (19/10) saat berlangsung Sharia Financial Literacy: Young, Blessed & Free.
Hery Gunardi menyampaikan keinginan memiliki Bank Syariah yang besar datang dari Presiden RI, Wakil Presiden RI dan Menteri BUMN. Mereka berpandangan Indonesia bisa menjadi pemain utama bank syariah di dunia karena memiliki penduduk yang mayoritas muslim dan memiliki industri halal yang omsetnya mencapai ratusan triliun.
“Ini tentunya menjadi bahan baku yang membuat bank syariah maju. Bisa menjadi sama hebatnya dengan bank-bank syariah di Malaysia, negara timur tengah dan lain-lain,” katanya.
Dibandingkan dengan Pakistan, Turki dan negara dengan penduduk muslim besar lainnya, Indonesia tercatat sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar. Hanya saja dengan penduduk hampir 265 juta dan sekitar 229 juta diantaranya penduduk muslim penetrasi bank syariah di Indonesia dinilai masih sangat kecil sekitar 7 persen.
“Secara pandangan positif dan negatif ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan penetrasi perbankan syariah di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan negara-negara lain. Malaysia hari ini sudah memiliki sekitar 30 persen, Brunei sekitar 50 persen, dan negara-negara di timur Tengah di atas 50 persen dan ini adalah kondisi kita hari ini,” ucapnya.
Hery Gunardi mengakui di Indonesia perbankan syariah tidak sekuat perbankan konvensional dikarenakan rendahnya inklusi atau literasi keuangan syariah di Indonesia dibandingkan perbankan konvensional. Upaya untuk meningkatkan literasi ini di tahun-tahun sebelumnya tidak terlalu optimal sehingga membuat banyak masyarakat Indonesia terutama yang melek perbankan lebih senang memilih perbankan konvensional.
“Padahal, perbankan syariah ini memberikan sisi yang lebih baik. Kenapa, bisnis model berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah tidak mengenal bunga, namun bisnis proses jual beli atau bagi hasil yang ujung-ujungnya lebih murah dibanding bank konvensional,” katanya.
Selain itu, Bank Syariah adalah bank yang aman. Dalam praktik Bank Syariah tidak membiayai bisnis atau kegiatan-kegiatan yang non-halal atau yang bersifat spekulasi.
“Insyaallah selamat dunia dan akherat, perbankan syariah paling aman tidak suka yang spekulasi atau yang tidak halal,” imbuhnya.
Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menyambut baik kehadiran Bank Syariah Indonesia ke UGM dalam rangka memberikan kuliah umum terkait mengelola keuangan dengan bijak untuk mahasiswa. Kuliah ini tentunya sangat dinantikan civitas akademika UGM karena semakin banyak masalah muncul akhir-akhir ini terkait pengelolaan keuangan yang kurang bijak.
“Kita tahu banyak kejadian-kejadian tidak menyenangkan akhir-akhir ini. Dengan digitalisasi dengan mudahnya orang meminjam secara online dan dengan mudahnya orang melakukan judi secara online sehingga banyak membelit masyarakat kita khususnya generasi muda untuk hal-hal yang tidak diinginkan,” ungkap Ova.
Talkshow Sharia Financial Literacy: Young, Blessed & Free menghadirkan narasumber Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo dan Islamic Financial Planner, Prita Ghozie. Dalam kegiatan ini disampaikan pula bantuan uang sebesar 250 juta rupiah dari Bank Syariah Indonesia Tbk untuk renovasi bangunan Crisis Center di UGM. Acara ini juga diramaikan dengan hiburan oleh Komika Yudha Ramadhan.
Penulis : Agung Nugroho