Indah Aprilia Nasution cemas luar biasa di hari Jumat (28/3) pukul 16.00, tepat saat seleksi Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) 2023 diumumkan. Entah berapa kali ia mondar mandir di dalam rumahnya. Semua rasa bercampur antara keinginan segera membuka dan ketakutan.
Sementara melalui pesan Whatsap teman-teman di luaran sudah banyak yang menanyakan. Sejenak ia menenangkan diri dan mengurungkan niatnya untuk segera membuka pengumuman. Ia pun mengambil air wudu dan menjalankan salat Asar. Ada ketenangan dan kekuatan yang ia rasakan. Ia pun kembali masuk ke dalam kamarnya dan pelan-pelan memberanikan membuka handphonenya.
Sesaat kemudian tak terasa air mata menetes di pipinya dan ia menangis dalam kebahagiaan. Terbata ia mengucap syukur atas terkabulnya mimpi dan keinginannya selama ini.
“Alhamdullilah, Teknik Kimia UGM. Takut bener, sampai saya kepikiran itu merah ternyata biru,” ucapnya.
Pecah tangis Indah di kamar sendirian. Ia pun bersujud kemudian. Lunas sudah sebagian mimpinya bisa kuliah di UGM, sebuah mimpi yang ia bangun sejak duduk di kelas XI SMA Negeri 1 Bukitinggi.
Indah adalah pemilik pribadi kuat dalam keinginan. Meskipun orang tuanya, Yapisham Nasution dan Purnama Hasibuan berharap dirinya melanjutkan kuliah tidak jauh dari rumahnya di Manggis Ganting Kec. Mandiangin Koto Selayan Kota Bukittinggi, namun dirinya tetap memiliki pilihan yang berbeda. Berkali-kali pula ia harus meyakinkan kedua orang tuanya.
“Saya tahu banyak yang jadi pertimbangan bapak ibu, soal biaya utamanya. Maka pengennya Indah tetap kuliah di sini saja, di Padang,” katanya.
Tekad tetap tekad, mimpi tetap mimpi, Indah tetap mencoba Teknik Kimia UGM saat mendaftar. Ia mengaku tidak mau lepas dari pilihan itu dan menjadikan prioritas pilihan karena kelak dirinya bercita-cita menjadi profesional di pertambangan.
“Harus Teknik Kimia. Indah mengutamakan jurusan itu dan UGM kebetulan adalah kampus yang terbaik. Jadi, Indah memilih untuk Teknik Kimianya karena peluang kerja yang bagus dan luas,” katanya.
Rasa syukur Indah pun bertambah karena dirinya lolos kuliah di UGM dengan pembiayaan program KIP-K subsidi 100 persen alias gratis kuliah. Dia sangat berharap dengan program ini bisa membantu meringankan rasa khawatir orang tuanya saat kuliah di UGM nantinya.
Keinginan kuat Indah kuliah di UGM memang sedikit banyak dipengaruhi para alumni dari SMA Negeri I Bukitinggi yang berfokus melanjutkan studi ke perguruan tinggi di pulau Jawa seperti UI, ITB, Unpad dan UGM. Kebetulan salah satu alumni SMA Negeri 1 Bukitinggi tahun 2022 lalu diterima di Teknik Kimia UGM.
Lahir di Bukittinggi, 9 April 2005, kepintaran Indah Aprilia Nasution sudah terlihat sejak kecil. Menempuh pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 09 Manggis Ganting, ia lulus dengan predikat 4 besar lulusan terbaik se-Sumatra Barat. Ia pun melanjutkan belajar di SMP negeri 8 dan SMA Negeri 1 Bukittinggi.
Saat di SMA Negeri 1 Bukittinggi, disamping belajar ia pun aktif aktif sebagai pengurus OSIS menjadi sekretaris dan koordinator bidang kesehatan hingga di kelas XI. Ia pun aktif di organisasi perfilman di sekolah yang bernama Sinematografi Landbouw.
“Alhamdullilah pernah juara I tingkat provinsi yang mengadakan Universitas Andalas. Bikin film tentang edukasi soal anemia. Visual yang bercerita, disana selain sebagai pembuat cerita, Indah sekaligus juga sebagai pemeran utama film,” terangnya.
Untuk prestasi akademi, meski saat duduk di kelas X SMA Negeri 1 Bukittinggi raihan akademiknya tidak tinggi banget tetapi prestasinya masih masuk 10 besar. Sedangkan di kelas XI dan XII, nilai rapor Indah tidak lepas dari ranking I atau II.
Berasal dari keluarga yang kurang mampu, Indah sadar diri bila dirinya tidak bisa sama dengan teman lainnya. Ia pun cukup bersyukur bisa mendapatkan beasiswa PT MHK Foundation saat duduk di kelas X dan XI. Dengan beasiswa itu ia bisa membiayai sendiri sekolahnya. Sedangkan saat di kelas XII, ia diuntungkan adanya peraturan dari Pemerintah Daerah Bukittinggi yang menyatakan untuk seluruh siswa kelas XII tidak dipungut biaya alias gratis.
“Lumayan di kelas X dan XI dapat beasiswa 350 ribu per bulan. Bisa bayar uang sekolah 170 ribu, ada sisa Indah tabung. Ini pun untuk jaga-jaga kalau ada keperluan mendesak dari sekolah,” akunya.
Meraih dan mempertahankan prestasi akademik bukan persoalan mudah. Indah harus belajar secara konsisten dan ekstra. Jika teman lainnya terkadang jam 15 sudah pulang sekolah, ia baru jam 17 karena kesibukan berorganisasi dan bermacam kegiatan.
Sesampai di rumah Indah mengaku sering beristirahat dengan tidak melakukan apa-apa. Sehabis salat Magrib, ia baru sibuk kembali untuk belajar hingga pukul 22.00. Secara rutin hal itu ia lakukan setiap hari dan di hari Minggu atau libur ia akan tetap menyempatkan belajar meskipun tidak seperti di hari-hari biasa.
“Minggu tetap belajar tapi jamnya lebih sedikit daripada hari biasa. Maklum tidak bisa ikut bimbel harus ngejar ekstra. Alhamdullilah di dua bulan terakhir sebelum ujian kelulusan, sekolahan mendatangkan bimbel ke sekolah jadi bisa fokus di materi-materi UTBK. Tapi Alhamdullilah ternyata tidak harus sampai ujian sudah diterima,” ungkapnya.
Keinginan untuk merubah nasib keluarga dan mengangkat harkat keluarga memang menjadi motivasi Indah untuk selalu belajar lebih dibanding orang lain. Bagi Indah hal itu wajib, apapun dia maksimalkan termasuk memanfaatkan ruang-ruang perpustakaan sekolah. Meskipun terkadang hanya membaca novel setidaknya bisa menghiburnya dan memperkaya dalam membuat script untuk hobinya di sinematografi.
Indah tidak akan melupakan guru-gurunya, utamanya guru BK-nya di SMA Negeri 1 Bukittinggi, Merita Nelviardi dan Elvita Putri. Kedekatan dengan keduanya seolah seperti orang tuanya sendiri, tak segan dirinya menumpahkan masalah dan kesulitan yang ia hadapi.
“Indah bersyukur banyak guru yang baik banget selalu memberi perhatian dan ketika Indah merasa kesulitan Guru BK langsung ngerti dan bantu mencarikan solusinya,” ucapnya.
Apapun aktivitas yang pernah lakukan di saat SMA, Indah berencana akan melanjutkan di UGM. Ia berniat untuk bergabung dengan organisasi kemahasiswaan di UGM, misal dengan BEM dan organisasi lainnya.
“Kalau yang akademik kan harus karena sebagai penerima beasiswa nilai akademik tetap dituntut tinggi. Di luar itu pengin sih nantinya tetap bisa gabung dengan klub-klub sinematografi,” tuturnya.
Yapisham Nasution dan Purnama Hasibuan, orang tua Indah Aprilia Nasution, pada akhirnya menyerah pada situasi. Meski pada awal kuat menghendaki agar Indah tetap kuliah di Padang, pada akhirnya harus membuka tangan untuk keinginan dan kemauan anak perempuannya.
Yapisham Nasution dan Purnama Hasibuan mengaku perasaannya campur aduk saat Indah menyampaikan kabar dirinya diterima di UGM. Ada rasa bahagia dan senang, di sisi lain mereka harus membayangkan soal biaya.
Bekerja sebagai buruh harian lepas dan ob di sekolah swasta di Padang, keduanya merasa tidak akan mampu menutup biaya kuliah Indah di UGM. Sementara kakak Indah, Andika Saputra masih kuliah di Universitas Negeri Padang dan dua adik kembarnya, Muhammad Padlan Nasution dan Muhammad Padlin Nasution masih sekolah di SMPN 8 Bukittinggi.
“Dengan penghasilan 3 juta dari kami berdua, tentunya sangat berat. Saya pun sempat bilang Indah untuk tidak melanjutkan keinginannya ke UGM,” ujar Purnama Hasibuan.
Terhadap keinginan agar Indah mengurungkan kuliah di UGM, Purnama pun mengaku sempat mendapat telepon dari ikatan alumni SMA Negeri 1 Bukittinggi. Ia pun pada akhirnya mendapat pemahaman dari para alumni soal bagaimana kuliah Indah di UGM nantinya. Para alumni pun sangat berharap agar mau memberikan izin untuk Indah agar tetap bisa kuliah di UGM.
Hal sama dilakukan sang kakak, Andika Saputra. Kepada ibunya Purnama Hasibuan, ia menyampaikan penguatan bahwa Indah akan baik-baik saja kuliah di UGM. Dengan beasiswa yang diterima dipastikan tidak akan memberatkan keluarga.
“Ya namanya orang tua. Terima kasih pada alumni yang juga telah membantu ongkos transportasi berangkat Indah dari Padang ke Jogja. Saya pun hanya bisa berdoa semoga Indah baik-baik di sana dan bisa lancar kuliahnya,” ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Slamet Sihono