Peningkatan jumlah penduduk desa maupun santri yang berasal dari Pondok Pesantren Lembaga Pembinaan Pendidikan Pengembang Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) milik Gus Baha, secara linier meningkatkan volume timbunan sampah setiap harinya. Penumpukan sampah yang terjadi tentu akan berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal ini diperparah dengan banyaknya kotoran sapi milik warga yang hanya dibuang dan tidak dimanfaatkan. Dibutuhkan sistem dan fasilitas pengolahan sampah yang optimal dan terpadu untuk mengatasi masalah tersebut.
Saat ini, pengelolaan sampah masih dilakukan oleh BUMDesa Narukan tetapi hanya terbatas pada pengumpulan dan penimbunan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) milik desa tanpa melalui proses pemilahan dan pengolahan lebih lanjut. Berangkat dari keprihatinan tersebut, 21 mahasiswa KKN-PPM Renjana Rembang membuat masterplan Tempat Pengelolaan Sampah berbasis prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Dengan adanya TPS3R, jumlah beban volume sampah yang diproduksi sebelum dibuang ke TPA dapat dikurangi dengan penggunaan kembali ataupun pembuatan produk olahan sampah yang memiliki nilai ekonomi.
“Adanya masterplan TPS3R Desa Narukan ini dapat menjadi katalisator dalam perencanaan pengolahan sampah desa yang mandiri, berkelanjutan, berbasis diversifikasi ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan lingkungan,” ungkap Dr. Ir. Radi, S.TP., M.Eng., IPU, ASEAN Eng., selaku dosen pembimbing lapangan (DPL) Tim KKN Renjana Rembang, saat memberikan keterangan, Selasa (20/8). Ia menambahkan, perencanaan site plan TPS3R berada di tanah kas desa, tepat di utara LP3IA yang sekarang difungsikan sebagai TPA desa. Nantinya jika TPS3R direalisasikan, Radi berharap akan terwujud kerja sama pengolahan sampah antara Ponpes LP3IA Gus Baha dengan BUMDes sehingga dapat meningkatkan produktivitas TPS3R.
Tegar Ganjar Gemilang selaku Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit (Kormanit) mengungkapkan bahwa Masterplan TPS3R telah diserahkan kepada pihak desa dan BUMDes selaku penggerak pengolahan sampah. Ia menjelaskan program kerja lain yang linear dengan masterplan TPS3R berupa pengolahan pupuk kompos ruminansia dari kotoran sapi, pengolahan sampah organik dengan maggot Black Soldier Fly (BSF), serta pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan bank sampah. “Kami juga memberikan sosialisasi terkait sistem bank sampah. Hal ini berfokus pada keberlanjutan lingkungan dan persiapan pola pikir warga untuk realisasi TPS3R nantinya,” ungkap Tegar.
Afan Martadi, A.P., M.Si., Kepala BAPPEDA Rembang mengaku terkesan dengan program yang ditinggalkan oleh mahasiswa, mengingat sampah saat ini menjadi kedaruratan yang tidak hanya terjadi di perkotaan tetapi juga di seluruh pelosok nusantara. Visi besar dari pembangunan TPS3R ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui akses yang lebih baik terhadap lingkungan yang bersih dan sehat. Selain itu, dengan TPS3R pengembangan ekonomi lokal melalui kegiatan ekowisata dan pengelolaan sampah berbasis industri kreatif akan terjadi.
Selain membuat masterplan TPS3R, Tim KKN-PPM Renjana Rembang juga melakukan inovasi bisnis berdasarkan lokasi dan potensi yang dimiliki desa. Mahasiswa berbagi pengetahuan terkait inovasi produk baru, seperti pembuatan batik jumputan dan kain ecoprint, serta pengolahan buah manga menjadi es krim sorbet dan selai. Menurut Muhammad Indrajat Hardian, salah satu mahasiswa KKN, inovasi produk harus dilakukan sesuai dengan potensi yang ada agar tidak kesulitan bahan baku saat nanti produk yang dihasilkan sudah berhasil dan laku terjual. “Kami juga mengadakan bootcamp digital marketing untuk mengajarkan masyarakat cara memasarkan produk melalui channel WA business dan Facebook Market Place,” tuturnya.
Penulis: Triya Andriyani