Festival Reggae menjadi tradisi masyarakat Pulau Tidung, Kepulauan Seribu dalam merayakan penghujung tahun 2024. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pengabdian Masyarakat, Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) bersama masyarakat menggelar Festival Reggae pada perayaan puncak malam tahun baru 2025 lalu, Selasa (31/12). Acara ini sekaligus menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi antar mahasiswa dengan masyarakat dalam program pengabdian KKN-PPM UGM.
Aliran musik reggae menjadi salah satu genre favorit masyarakat Pulau Tidung. Festival Reggae pun digelar dengan mengundang sejumlah pemain musik dan seniman reggae seperti Sejedewe, Dhyo Haw, Rafi Gimbal, D’Blow, OWL Jam, dan lain-lain. Tahun ini, bintang utama dalam Festival Reggae adalah Rasta Ressy, sebuah grup musik reggae yang mulai merintis sejak tahun 2022. Keunikan dan nuansa otentik dalam Festival Reggae menjadikan acara yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat setiap tahunnya.
Mahasiswa KKN-PPM UGM Pulau Tidung yang hadir di tengah-tengah masyarakat turut membantu Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pulau Tidung. Bagas, anggota tim KKN sekaligus penanggung jawab mahasiswa dalam Festival Reggae mengaku senang ketika dilibatkan dalam proses pembuatan gapura untuk festival. “Pembuatan gapura ini memakan waktu 3 hari. Kami merancang desain gapuranya, kemudian untuk pembuatannya dibantu oleh teman-teman KKN yang lain dan berkolaborasi dengan Pokdarwis,” ucap Bagas dalam keterangan kepada wartawan, Rabu (8/1).
Selain Bagas, Sarwindah yang juga anggota tim diberikan kepercayaan untuk menjadi pembawa acara Festival Reggae. Kesempatan tersebut tentunya menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Sarwindah. “Sangat menyenangkan, saya bisa melihat budaya lokal di sini yang berpadu dengan suasana pulau. Antusias masyarakat juga sangat tinggi,” pungkasnya.
Tak hanya disuguhkan lokalitas tradisi dan budaya masyarakat Pulau Tidung, tim KKN UGM ikut merasakan kedekatan dan kehangatan selama berbaur dengan masyarakat setempat. Setelah persiapan selesai, Festival Reggae pun dibuka pada malam Selasa (31/12) dengan sejumlah penampilan. Uniknya, meskipun festival ini mengusung konsep satu genre musik, masyarakat tetap menghadirkan tradisi lokal lain. Salah satunya adalah pertunjukkan lenong yang dibawakan oleh Lenong Ki Jambul Wulung dan Lenong Bohay KB. Selain itu iringan dan pertunjukkan musik dangdut juga ikut tampil menjelang malam puncak tahun baru dengan pertunjukkan kembang api.
Pokdarwis Pulau Tidung yang baru saja terbentuk pada Februari 2024 lalu mencerminkan kepedulian masyarakat terhadap potensi pariwisata. Pokdarwis secara aktif mengembangkan wisata Pulau Tidung, seperti pengelolaan, perawatan, dan penambahan lokasi wisata itu sendiri. “Kalau bicara soal wisata, yang pasti kita ingin mensejahterakan masyarakat. Harapannya dengan Pokdarwis kami bisa menarik lebih banyak lagi wisatawan,” ucap Saiful selaku Ketua Pokdarwis.
Unsur representasi budaya tradisional dan genre musik unik favorit masyarakat Pulau Tidung yang direfleksikan dalam Festival Reggae, ajang ini menjadi salah satu cara untuk menarik wisatawan. Momen tahun baru menciptakan peluang ekonomi dalam festival ini, khususnya bagi masyarakat sekitar yang turut menjajakan dagangannya sepanjang festival.
Gatra, salah satu pedagang yang sudah berjualan di area tersebut selama kurang lebih 11 tahun menyatakan bahwa acara ini sangat membantu dari segi ekonomi. Tidak hanya wisatawan, warga lokal juga ikut membeli dagangannya bersama semarak festival. Ia berharap acara seperti ini lebih sering diselenggarakan untuk mencuri daya tarik wisatawan. “Saya juga ikut terhibur kalau ada acara seperti ini jadi bisa berdagang sambil mendengarkan musik,” kata Gatra.
Festival Reggae menjadi permulaan yang baik bagi kinerja Pokdarwis Pulau Tidung. Mereka berharap dengan kehadiran mahasiswa KKN-PPM UGM, pemerintah turut mendukung program-program masyarakat demi memaksimalkan potensi wisata dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tiket.com