Dieng dengan karakter geologinya yang berupa kompleks gunung api kaya akan sumber daya alam seperti potensi wisata alam, tanah subur, air, energi panas bumi, mineral dan batuan, serta keanekaragaman hayati. Namun di sisi lain, kawasan ini memiliki potensi bencana seperti erupsi freatik, keluaran gas, gempa bumi, longsor, dan banjir. Bahkan belakangan ini kawasan Dieng telah mengalami berbagai persoalan lingkungan antara lain eksploitasi lahan pertanian, pendangkalan telaga, pariwisata massal, penumpukan sampah dan masalah kebersihan lainnya. Tak hanya itu, budaya dan kearifan lokal terancam terkikis oleh pembangunan yang kurang memperhatikan kekhasan alam dan jati diri masyarakat. Hal itu dikemukakan oleh Dosen Teknik Geologi Fakultas Teknik UGM, Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., selama mendampingi kegiatan lapangan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pengabdian Masyarakat (KKN-PPM) sejak 19 Desember 2023 yang akan berakhir pada 5 Februari 2024 mendatang.
Pri Utami mengatakan sebanyak 30 mahasiswa mengabdi di empat desa kecamatan Batur yaitu Dieng Kulon, Karangtengah, Kepakisan dan Pekasiran. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi program pengembangan ekowisata dalam rangka mendukung optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan mitigasi bencana alam di area panas bumi. “Sejak diterjunkan hingga jelang penarikan kembali ke kampus, tim mahasiswa sudah melaksanakan program yang secara garis besar antara lain promosi ekowisata edukatif tentang geologi Dataran Tinggi Dieng, potensi energi panas bumi, dan peninggalan arkeologi, serta kesadaran akan potensi bencana,” kata Pri Utami dalam rilis yang dikirim ke wartawan, Selasa (30/1).
Selain itu, mahasiswa juga ikut berupaya memberdayakan potensi UMKM dengan memberi pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk, branding, strategi pemasaran, dan penggunaan teknologi informasi. Terkait edukasi tentang circular economy dilakukan dengan memberi contoh pembuatan produk-produk yang bermanfaat dari material yang tidak termanfaatkan. Sedangkan untuk mendukung program penyuluhan kesehatan masyarakat dan lingkungan, mahasiswa KKN ikut aktif membantu pelaksanaan vaksinasi, posyandu, pencegahan stunting, edukasi kesehatan anak hingga lansia. “Termauk ikut menganalisis kualitas air baku, membuat instalasi pemurnian air dan mendesain detektor CO2 di udara,” jelasnya.
Ketua tim Mahasiswa KKN Unit Batur, Reno Fauzan, mengatakan pihaknya bersama dengan Pemerintah Kecamatan Batur melaksanakan kegiatan sosialisasi dan edukasi mitigasi bencana alam terkait dampak erupsi gunung api dengan bekerjasama dengan Pos Pengamatan Gunung Api Dieng dan PT Geo Dipa Energi. “Kita mencanangkan gerakan edukasi tentang potensi energi panas bumi dan edukasi tentang bahaya kegunungapian kepada siswa-siswi sekolah dasar. Melalui gerakan ini, diharapkan akan terbangun generasi baru yang paham akan kondisi Dieng yang memiliki dua sisi yaitu kekayaan potensi sumber daya alam dan potensi bencana. Bukan tak mustahil bahwa gerakan ini dapat mencetak bibit-bibit cendekiawan asli Dieng yang mampu mengelola alam dengan kearifan lokal untuk kelangsungan dan kemajuan peradaban,” katanya.
Reno menuturkan pihaknya telah menggelar acara talkshow dan pameran hasil karya mahasiswa KKN di Pendopo Soeharto-Whitlam di Desa Dieng Kulon dengan tajuk “Batur Berdaya dan Berkarya” pada Minggu (28/1) lalu. Acara tersebut merupakan bentuk ekspos kepada masyarakat lokal, pengunjung, dan para kolaborator mengenai hasil-hasil karya mahasiswa KKN PPM UGM. KEGiatan acara meliputi pemutaran film “Karya Kehidupan Nilai Sejarah dan Budaya Masyarakat Dieng”, Talkshow tentang “Eksplorasi Sumber Daya dan Kebudayaan Dieng” bersama akademisi, pemerintah Daerah, dan industri panas bumi. Lalu pameran hasil karya bersama masyarakat binaan KKN-PPM UGM, serta pameran fotografi tentang alam dan kehidupan sosial di Dataran Tinggi Dieng.
Camat Batur, Aji Piluroso, mengapresiasi kerja nyata UGM yang secara konsisten melaksanakan pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Menurutnya persoalan sosial di Dieng tidak mudah diselesaikan dalam waktu singkat. Oleh karena itu edukasi tentang program pembangunan berkelanjutan terus digalakkan. “Perlu perubahan pola pikir masyarakat agar jargon “Dieng Negeri di Atas Awan” benar-benar tercermin pada perilaku masyarakat yang sadar akan kelestarian lingkungan dalam memanfaatkan setiap karunia alam,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson