Sebanyak 30 orang mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) UGM melaksanakan kegiatan pengabdian di Pulau Karampuang, Mamuju, Sulawesi Barat. Salah satu program kerja yang mereka lakukan adalah memasang teknologi pemanen air hujan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan air di dua dusun yang masih kesulitan air. “Dari 11 dusun, ada dua dusun yang kita survei masih belum dialiri PDAM. Di dusun yang sudah teraliri PDAM kadang air hanya mengalir seminggu sekali,” kata Ardy Mahdi Nugroho selaku Kormanit KKN Unit Karampuang saat didatangi tim Humas UGM, Minggu (7/9) lalu.
Ardy menyebutkan pihaknya memberikan presentasi tentang berbagai program kerja yang akan dilakukan di Karampuang dalam 50 hari pelaksanaan KKN-PPM yang terakhir ada 19 agustus mendatang.
Mahasiswa dari prodi Ilmu Komunikasi Fisipol UGM ini menerangkan bahwa di pulau Karampuang yang bisa jangkau sekitar 20 menit dari kota Mamuju lewat kapal nelayan ini hanya terdapat 1 desa dan 11 dusun dengan jumlah penduduk mencapai 3.000 jiwa dengan 900 kepala keluarga.
Ia menyebutkan Dusun Nangka dan Dusun Sepang merupakan dua dusun yang masih kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Pihaknya berencana akan memasang alat pemanen air hujan ini di salah satu lokasi di salah satu dusun tersebut sebagai instalasi percontohan dimana air hujan bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan air yang dilengkapi dengan alat penyaring. “Kita akan memasang kapasitas dengan volume 1200 liter. Alat ini langsung menyaring air hujan yang sebelum asam menjadi air yang bersih sehingga kebutuhan air tawarbisa terpenuhi. Sebab jika air sumur, di sini umumnya air payau,” katanya.
Selain memasang alat pemanen air hujan, Ghibran Nabil Putra, mahasiswa KKN-PPM dari Teknik Infrastrukur Lingkungan Fakultas Teknik menuturkan pihaknya juga akan memasang lampu penerangan jalan yang menggunakan tenaga surya. Lampu penerangan ini menurut Ghibran akan di pasang di empat titik yang menghubungkan perbatasan antar dusun yang selama ini belum terpasang. Jika malam tiba, jalan antar dusun yang umumnya berupa jalan setapak atau beberapa sudah di cor konblok selalu gelap gulita. “Kita akan pasang di empat titik yang menghubung antar dusun,” paparnya.
Terkait pemasangan lampu penerangan dengan menggunakan tenaga surya ini menurut Ghibran berangkat dari permasalahan yang dihadapi warga di pulau ini yang menggunakan kebutuhan listriknya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
“Sumber energi listrik di pulau ini mengandalkan empat PLTS. Lalu semakin bertambahnya rumah penduduk, lampu menyala semakin singkat, jika musim hujan sering tidak menyala,” terangnya.
Ghibran mencontohkan, umumnya lampu menyala mulai jam 10 siang hingga jam 11 malam, dengan kondisi cuaca normal. Bila kurang mendapat paparan sinar matahari maka listrik tak menyala dalam waktu lama. “Semakin kesini kebutuhan listrik semakin tinggi.Jika cuacanya bagus, mulai jam 10 siang sampai jam 11 malam, setelah itu gelap,” katanya
Fadli, 22 tahun, anggota pemuda karang taruna Desa Karampuang mengapresiasi program pemasangan teknologi pemanen air hujan yang dilakukan oleh tim mahasiswa KKN-PPM UGM. Dia berharap program kerja yang dilakukan oleh mahasiswa KKN bisa memberikan manfaat bagi warga Karampuang. “Kita harapkan program kerja mahasiswa KKN-PPM UGM memberikan dampak positif bagi masyarakat, apalagi beberapa program sinkron dengan program kerja pemuda karang taruna,” ujarnya.
Kepala Desa Karampuang, Ahmad Ali, mengapresiasi kedatangan mahasiswa KKN-PPM UGM yang sebelumnya pernah diterjunkan pada 2019 lalu. Ia mengharapkan kedatangan mahasiswa UGM bisa memberikan edukasi bagi masyarakat untuk lebih maju dalam mengembangkan potensi masyarakatnya. “Kita tahu mahasiswa UGM memiliki SDM berkualitas dan nantinya bisa mengedukasi masyarakat Karampuang yang membutuhkan pemikiran agar supaya bisa membantu masyarakat dan bagaimana nanti bisa meningkatkan potensi baik di darat dan di laut sebagai pulau tujuan wisata,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson