Garam Tirta Bahari merupakan koperasi produsen garam yang berlokasi di Pantai Sepanjang, Kabupaten Gunung Kidul dan menjadi pionir dalam industri garam lokal sejak didirikan pada tahun 2021. Koperasi ini tidak hanya memproduksi garam konsumsi, tetapi juga mengembangkan berbagai produk turunan garam lainnya. Winarto, perintis Koperasi Produsen Garam Tirta Bahari, mengungkapkan bahwa produk unggulan dari koperasi berhasil menarik minat konsumen karena kualitas dan jaminan kesehatannya yang terjaga. “Kami telah memiliki metode produksi yang yang efektif dan efisien sehingga dapat menghasilkan produk-produk garam yang berkualitas tinggi,” ungkapnya.
Memiliki keinginan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, Garam Tirta Bahari berkolaborasi dengan mahasiswa KKN Laskar Tanjungsari mengadakan pelatihan bagi petani garam yang menjadi anggotanya pada 13 Juli 2024 silam. Dipandu oleh Gugus Garam Pusat Studi Sumber Daya dan Teknologi Kelautan UGM, para anggota petani garam diajarkan untuk melakukan diversifikasi produk garam berupa fortifikasi flavored salt atau garam rasa dan lulur garam beraroma. “Jadi kami menggabungkan garam laut tradisional dengan berbagai bumbu dan rempah-rempah untuk menciptakan bumbu yang unik dan serba guna,” ujar Nur Mayke Eka Normasari, M.Eng., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., salah satu peneliti di Tim Gugus Garam UGM yang turut mengajarkan cara membuat garam rasa kaldu udang.
Selain itu, Tim Gugus Garam juga memadukan garam laut dengan minyak aromatik esensial agar menjadi garam lulur aroma untuk pelupasan dan peremajaan kulit. Produk yang diberi nama Garam Spa Giri Sewu ini diklaim sebagai garam laut kaya mineral yang bermanfaat bagi tubuh. “Kebetulan koperasi ini memiliki petambak yang berdedikasi tinggi sehingga tidak takut akan perubahan yang ini sangat penting bagi keberlanjutan Garam Tirta Bahari,” ujar Nur Mayke dengan penuh rasa optimis.
Nur Mayke meyakini kolaborasi yang terjadi antara mahasiswa KKN Laskar Tanjungsari dan Koperasi Produsen Garam Tirta Bahari dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. “Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang berharga karena terlibat langsung dalam pengembangan produk, identifikasi pasar, serta kewirausahaan,” tutur Nur Mayke. Sementara bagi Koperasi, para petambak mengadopsi ide dan teknologi baru yang tentunya bermanfaat bagi keberlanjutan usaha garam. Hal ini akan berdampak pada meningkatnya pendapatan yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi daerah.
Wahyono, Ketua Koperasi Produsen garam Tirta Bahari, berujar produk-produk yang dihasilkan nantinya tidak hanya memenuhi kebutuhan lokal, namun juga berpotensi untuk diekspor ke pasar internasional. “Tentunya ini akan membuka peluang ekonomi yang lebih besar bagi komunitas setempat,” pungkasnya.
Keberhasilan proyek diversifikasi produk yang dilakukan oleh mahasiswa KKN menjadi kontribusi nyata UGM dalam pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan inovasi yang memberikan perubahan yang berarti. Bahkan, kolaborasi ini telah menarik perhatian dari berbagai lembaga dan organisasi yang tertarik untuk melakukan inisiatif serupa di daerah lain.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Dokumentasi KKN Laskar Tanjungsari