
Limbah organik dari aktivitas pertanian maupun rumah tangga, selalu menjadi persoalan serius bagi warga masyarakat maupun pemerintah apabila belum dikelola optimal tentu. Sebab, limbah organik dapat menimbulkan bau tidak sedap, mencemari lingkungan, dan berkontribusi terhadap peningkatan emisi metana sebagai salah satu penyebab perubahan iklim.
Seperti yang terjadi di dusun Playen, Gunungkidul, ratusan kepala keluarga yang sebagian besar menggantungkan hidup pada sektor pertanian ini juga menghadapi berbagai tantangan terkait pengelolaan limbah organik rumah tangga. Di Wilayah Gunungkidul menjadi penyumbang limbah dengan angka yang cukup besar, yaitu kenaikan 20% atau 79.143 kg.
Lima mahasiswa UGM yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) kemudian berinisiatif menghadirkan program Komposter Otomatis Zero Gas Rumah Kaca atau KOSMOT-ZeroGRK sebagai solusi. Tim PKM ini terdiri atas Miftakhul Ulum (Fakultas Pertanian), Muhammad Irfan Anwari, Krisna Budhiantoro M.K (Sekolah Vokasi), Desta Satria Candrawinata, dan Aila Anisa Zahra (Fakultas Biologi). Mereka mendapat pendampingan dari Andi Syahid Muttaqin, S.Si, M.Si., Ph.D., salah satu dosen Fakultas Pertanian UGM.
Melalui program ini, mereka menginisiasi pengolahan limbah organik rumah tangga dengan teknologi sederhana dan ramah lingkungan, serta melibatkan partisipasi aktif masyarakat khususnya Ibu PKK Rumah Kreatif Dusun Playen I. “Permasalahan emisi gas rumah kaca sebenarnya bisa ditekan dari lingkup kecil, salah satunya dengan pengelolaan limbah organik rumah tangga. Dusun Playen I memiliki potensi besar untuk menjadi contoh dusun mandiri dan lestari berbasis Zero-Waste dan Zero-GRK,” ujar Miftakhul Ulum sebagai ketua tim, Kamis (9/10).
Dalam pelaksanaannya, Program ini memanfaatkan sistem pengolahan limbah organik berkelanjutan melalui pengembangan Komposter Otomatis ZeroGRK dan Biopori Kompos serta ember tumpuk. Selama pelaksanaan, Ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam PKK Rumah Kreatif berperan aktif dalam mengelola limbah organik menjadi pupuk kompos. “Pupuk ini dapat diimplementasikan pada lahan kosong untuk budidaya tanaman pangan dan sayuran. Selain itu, tim juga memberikan edukasi mengenai mitigasi perubahan iklim dan pemanfaatan hasil olahan kompos untuk mendukung ekonomi produktif masyarakat,” kata Ulum.
Melalui penerapan teknologi sederhana, inovasi program pengabdian diharapkan dapat mendorong kemandirian masyarakat Dusun Playen I untuk meningkatkan peluang ekonomi dan memperkuat ketahanan gizi keluarga. Selain itu, masyarakat juga dapat berkontribusi aktif dalam mencapai tujuan pemerintah Net Zero Emission 2060 sekaligus mengelola limbah organik secara mandiri dan berkelanjutan. “Kita berharap, program ini dapat berdampak positif untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola limbah organik secara berkelanjutan, mengurangi pencemaran lingkungan, dan membangun dusun yang mandiri dan lestari,” ungkap salah satu anggota tim, Muhammad Irfan Anwari.
Penulis : Alena Damaris
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim PKM