Kasus kemiskinan di Indonesia kerap menimbulkan berbagai masalah sosial, salah satunya berupa anak telantar. Sepanjang tahun 2023, telah ditemukan sebanyak 856 balita telantar dan 5128 anak telantar. Keterbatasan ekonomi dari keluarga anak telantar umumnya mendorong masalah ganda bagi diri mereka, diantaranya menderita gizi buruk, kurang mendapatkan kasih sayang orang tua, dan tidak menerima layanan pendidikan secara maksimal.
Berangkat dari permasalahan tersebut, lima mahasiswi dari Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang beranggotakan Trisna Pramudea Puryatna, Mutiara Jelita, Rida Lafaiza Uma Khoir, dan Surya Nur Agustina dari Fakultas Farmasi, serta Kamila Azra Nur Izzati dari Fakultas MIPA, di bawah bimbingan Dosen Fakultas Farmasi apt. Anna Wahyuni Widayanti, MPH., Ph.D. mengembangkan sebuah program yang bernama Edukasi Common Diseases atau disingkat ComDi.
Trisna Pramudea Puryatna selaku ketua tim mengatakan Edukasi ComDi bertujuan melakukan pencegahan tingkat pertama penyakit umum melalui sosialisasi, penerapan perilaku hidup sehat, dan pemberian buku pedoman terkait common diseases beserta obatnya. Selain itu, anak-anak juga diberikan pemahaman jenis-jenis emosi dan cara mengekspresikan atau mengontrolnya. “Implementasi pengembangan program ini dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial dan Pengasuhan Anak Bimomartani, Ngemplak, Sleman,” kata Trisna dalam keterangan yang dikirim ke awak media, Sabtu (3/8).
Trisna menyebutkan program Edukasi ComDi terbagi menjadi empat kegiatan utama, yakni Kenal Lebih Dekat dengan ComDi, Asyiknya Bermain dengan ComDi, Eksplorasi Bersama ComDi, dan Refleksi Sobat ComDi. Program ini menerapkan metode cooperative learning menekankan pada kegiatan berkelompok mengingat latar belakang anak BRSPA Bimomartani yang berbeda-beda.
Pada jenjang PAUD-TK, kegiatan disertai permainan yang mengasah kemampuan motorik halus dan mengembangkan imajinasi. Lalu pada permainan jenjang SD-SMP berfungsi meningkatkan pemahaman common diseases, untuk memupuk keterampilan sosial, dan membangkitkan jiwa kompetitif.
Trisna menuturkan bahwa pemberian Edukasi ComDi sebagai upaya transformasi kesehatan anak BRSPA Bimomartani berjalan efektif yang dibuktikan melalui pemberian pre test dan post test di masing-masing sub kegiatan. “Sebagian besar anak-anak menunjukkan perubahan pemahaman common diseases dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang signifikan ke arah positif. Kemudian, anak-anak lebih mampu berekspresi dengan baik,” ujarnya.
Mutiara Jelita, anggota tim PKM lainnya mengungkapkan bahwa setelah pelaksanaan program beberapa anak sudah mulai bersikap terbuka, mengekspresikan diri, dan menceritakan perasaannya selama kegiatan. “Kita merasa sangat senang sekaligus bersyukur karena program dapat diterima anak dan ternyata berdampak positif,” katanya.
Demi keberlangsungan penerapan PHBS oleh anak BRSPA Bimomartani, program Edukasi ComDi menyusun keberlanjutan program. Tidak hanya itu, Tim PKM-PM UGM juga merencanakan kaderisasi yang diharapkan mampu meneruskan program Edukasi ComDi, terutama ke anak asuh pendatang sehingga pada akhirnya muncul budaya hidup bersih dan sehat sebagai wujud nyata transformasi kesehatan anak.
Feriawan Agung Nugroho selaku pekerja sosial di BRSPA Bimomartani menerangkan menyambut baik inisiatif program yang dilakukan oleh mahasiswa UGM. Pasalnya peniadaan pelatihan atau pengajaran yang diadakan tiap minggu karena kurangnya anggaran dana. “Pihak Balai akan sangat terbuka kepada bantuan pihak luar untuk mengisi kekosongan kegiatan anak asuh,” terangnya.
Menurut Feri, kendala yang dialami BRSPA Bimomartani tidak hanya berasal dari eksternal, tetapi juga internal, terutama anak asuh. “Anak asuh kami yang terbiasa hidup di jalanan tentu akan kurang peduli terhadap kesehatan dan kebersihan walaupun sudah diberikan penyuluhan. Mereka jarang menggunakan alas kaki saat bermain, jarang mandi, keramas, bahkan cuci tangan sebelum makan,” lanjut Feri.
Penulis : Leony
Editor : Gusti Grehenson