Sorgum merupakan pangan fungsional yang memiliki manfaat kesehatan untuk mencegah penyakit yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh, endokrin, saraf, sistem pencernaan, dan sistem sirkulasi. Bahan pangan ini memiliki peluang ekonomi sangat baik apabila dikembangkan secara massal. Namun begitu sorgum belum dikenal luas dan jarang dikonsumsi karena dibanding komoditas padi dan jagung yang sudah dibudidayakan. Di Desa Bendung, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunung Kidul, banyak warga menanam sorgum, namun tidak banyak yang mengetahui bagaimana cara memanfaatkan hasil panen sorgum ini menjadi pangan olahan bisa dijual luas dan dikonsumsi oleh masyarakat.
Di tangan tim mahasiswa UGM, hasil panen sorgum diolah menjadi produk pangan yang menarik dengan menggandeng para ibu rumah tangga yang rata-rata berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Ketua Tim PKM bidang Pengabdian Masyarakat, Luthfita Keysha bersama dengan empat rekan lainnya yaitu Arlita Tanzila, Elysa Umiati, dan Zahra Raihananda, melakukan pemberdayaan aktif ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja agar mampu menghasilkan kegiatan produktif. “Kita mengajarkan ibu-ibu di Desa Bendung mengolah sorgum jadi produk olahan berupa brownies dan cookies karena tingginya peminat dari kalangan semua usia di masyarakat terhadap makanan cemilan ini,” kata Keysha dalam keterangannya kepada wartawan, Senin (30/10).
Keysha menjelaskan produk olahan brownies dan cookies dapat menggunakan tepung sorgum sebagai bahan utamanya. Substitusi sebagian tepung terigu dengan tepung sorgum diharapkan dapat meningkatkan nilai gizi camilan di kalangan usia.
Sorgum sendiri, menurutnya, menjadi salah satu tanaman pilihan yang dapat diolah menjadi olahan produk yang menjanjikan. “Kami melihat potensi dari tanaman sorgum yang mengandung protein sekitar 11-13% dan kandungan lemak sekitar 3,4%, dan ketersediaan karbohidrat yang tidak kalah baik dari kandungan pada nasi,” ucapnya.
Melalui kegiatan pelatihan pembuatan produk hingga pelatihan mengenai pemasaran produk menjadi solusi bagi Ibu-ibu “Desa Prima” di Desa Bendung, Kecamatan Semin, Gunungkidul, agar bisa mandiri dan produktif mengembangkan potensi bahan lokal yang bernilai ekonomis yang mana pembagian hasil dapat kembali kepada pihak masyarakat yang terlibat. “Ibu-ibu sangat antusias dengan program yang berlangsung. Selama program berlangsung, Ibu-ibu memberikan tanggapan positif dan berpartisipasi secara aktif, yaitu ikut memberikan ide-ide tambahan selama program dilaksanakan,” paparnya.
Keysha berharap produksi sorgum lebih berkembang di masyarakat luas menjadi produk identik dari Desa Bendung. Dengan membentuk sebuah sistem koperasi dan membentuk struktur organisasi di dalamnya menjadi program monitoring dan evaluasi guna mewujudkan Ibu-ibu “Desa Prima” menjadi mandiri. Selain itu, sebuah sistem koperasi yang berjalan secara sinergis pada Ibu-ibu “Desa Prima” akan memunculkan kepengurusan untuk mengurus legalitas hasil produksi olahan sorgum “Desa Prima,” salah satunya adalah pengurusan PIRT. “Kami berharap ini usaha ini terus berkelanjutan, kami menyerahkan Buku Pedoman Mitra Siwi Sorgum atau Smart Integrated With Sorghum supaya program pemberdayaan ini bisa menjadi Produk Unggulan di Desa Bendung,” harapnya.
Sekretaris Pemerintah Desa Bendung, Eka Puji, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas dedikasi yang dilakukan tim mahasiswa memberdayakan kelompok ibu rumah tangga bisa mengolah sorgum menjadi produk ekonomi yang bernilai jual tinggi. “Pemerintah Desa Bendung berharap dengan dimulainya pembudidayaan kembali sorgum menjadi titik awal potensi sorgum dikembangkan,” ujarnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto. : Freepik