Kementerian PPN/Bappenas menyebutkan bahwa dalam rentang tahun 2010-2023 sebanyak 20% makanan yang terbuang di Indonesia bersumber dari buah-buahan. Akibat fenomena tersebut petani di Indonesia sering merugi karena tidak dapat menjual hasil panennya baik karena surplus panen ataupun masa simpan buah yang sangat singkat. Disamping itu, laporan BPS tahun 2021 menyebutkan rata-rata konsumsi buah masyarakat Indonesia sebesar 81,14 gram/kapita/hari. Jumlah tersebut hanya sebesar 54,09% dari batas minimal angka kecukupan gizi Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) UGM yang beranggotakan Muhammad Attar Gibran, Bernadeta Tresnanira, Trisha Nadira, Divara Hana Vania, dan Azra Syifa dibawah bimbingan Dr. Ir. Didik Purwadi, M.Ec. melakukan inovasi produk pangan dengan memanfaatkan buah labu kuning dan buah naga merah sebagai produk pangan fungsional.
Attar Gibran dalam rilis kepada wartawan, Kamis (26/10), menyebutkan pemilihan buah labu kuning dan buah naga didasarkan pada faktor melimpahnya ketersediaan kedua buah tersebut yang memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Seperti diketahui, buah naga mengandung berbagai jenis antioksidan, termasuk vitamin C, beta-karoten, dan polifenol. Antioksidan membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Kandungan serat yang tinggi dalam buah naga dapat membantu mengendalikan kadar kolesterol, sedangkan kalium dalam buah naga mendukung tekanan darah yang sehat. Selain itu, Labu kuning mengandung beta-karoten, pigmen alami yang memberikan warna oranye pada buah ini. Beta-karoten dapat diubah menjadi vitamin A dalam tubuh, yang penting untuk kesehatan mata, kulit, dan sistem kekebalan tubuh.
Menurut Attar, produk yang mereka buat dalam bentuk camilan sehat dari buah lokal yang disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Produk yang dinamai SAE Fruit Leather diproduksi menggunakan alat pengering berupa dehydrator agar kandungan nutrisi dari buah tetap terjaga. “Produk ini dibuat tanpa menggunakan bahan pengawet sehingga aman dikonsumsi,” paparnya.
SAE Fruit Leather memiliki tekstur liat seperti permen dan berbentuk lebar (15 x 25 cm) yang dikemas dalam bentuk 1 gulungan untuk memudahkan penyimpanan. Bentuk lebar dipilih agar konsumen bebas mengkreasikan untuk dikonsumsi bersama dengan es krim, yogurt, atau dibentuk sesuai keinginan.
Produk SAE Fruit Leather ini telah lolos uji keamanan pangan TPC bakteri dan jamur, serta telah melalui uji kandungan gizi. “Produk ni sangat cocok untuk dikombinasikan dengan berbagai makanan lainnya, seperti kue, yoghurt, es krim dan lain-lain untuk menambah cita rasa,” jelasnya.
Attar berharap produk ini dapat ikut membantu memenuhi asupan serat dan mikronutrien bagi generasi muda, membantu menciptakan perekonomian yang berkelanjutan bagi para petani buah naga dan labu kuning.
Penulis : Gusti Grehenson