Mengatasi masalah yang disebabkan oleh perubahan iklim, berbagai negara di dunia telah menunjukan komitmen untuk melakukan transformasi energi. Pemerintah Indonesia sendiri saat ini tengah mengusung upaya-upaya sistem peralihan energi menuju energi baru terbarukan. Namun komitmen ini nampaknya tidak harus hanya dimiliki oleh pemerintah dan pemangku kepentingan saja, namun juga kalangan anak-anak. Dewan Energi Mahasiswa (DEM) UGM berinisiatif untuk mengajak anak-anak mengenal pentingnya energi melalui Program Sekolah Energi.
Sekolah energi merupakan program DEM UGM yang berkolaborasi dengan Sanggar Kebudayaan Memetri Wiji Dusun Tanaman. Awalnya, program ini dilaksanakan untuk memberikan pemahaman pada anak-anak tentang keanekaragaman hayati, sumber energi, dan mengenalkan konsep energi terbarukan. Melalui berbagai metode pembelajaran yang menyenangkan, anak-anak diajak mengeskplorasi berbagai potensi sumber energi di desa mereka, tepatnya Dusun Tanaman, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tim DEM UGM sendiri terdiri dari 13 panitia Sekolah Energi, yakni Sophie, Octa, Afila, Tama, Ilmi, Dhani, Siwi, Ecam Fuad, Thea, Irfan, Anggun, dan Naya. Mereka mengaku senang bisa berkesempatan untuk mengadakan pembelajaran bersama anak-anak. Tak hanya itu, Tim DEM UGM juga ikut belajar mendalami kebudayaan Jawa, seperti tembang Jawa, belajar aksara Jawa, unggah-ungguh, dan lain-lain.
“Proses pembelajaran bersama anak-anak juga menggunakan bahasa Jawa sebagai metode penyampaian utama. Materi-materi tersebut didukung oleh Sanggar Kebudayaan Memetri Wiji yang konsisten melestarikan budaya Jawa di tengah gempuran digitalisasi dan modernisasi masyarakat,”papar Sophie, Senin (11/12).
Periode pembelajaran Sekolah Energi terbagi dalam tiga hari sepanjang Oktober-November 2023 lalu. Pertemuan pertama kali dilaksanakan pada 29 Oktober 2023 dengan kegiatan nembang atau menyanyikan lagu khas Jawa bersama anak-anak. Dipimpin oleh Pengelola Sanggar Budaya Memetri Wiji, Ibu Nur, tembang Jawa dilantunkan dengan lugas dan lembut sebagaimana ciri khas tembang-tembang Jawa. Selanjutnya, materi dilanjutkan dengan pemaparan mengenai pemanfaatan kotoran ternak menjadi pupuk sebagai energi biogas. Sembari mengelilingi desa dan sawah, anak-anak diajak melihat langsung manfaat pupuk kotoran ternak di lahan pertanian.
Keseruan pertemuan pertama terus berlanjut hingga pertemuan kedua dan ketiga, yakni pada 5 November 2023 dan ditutup pada hari Minggu (12/11). Materi yang disampaikan juga bermacam-macam. Mulai dari pemahaman tentang kincir angin sebagai salah satu potensi energi alternatif, hingga pengenalan tentang pengelolaan sampah. Setiap pertemuan selalu diawali dan ditutup dengan menyanyikan tembang Jawa. Ibu Nur, selaku pengelola sanggar mengaku senang dengan kehadiran Sekolah Energi.
“Terima kasih atas kerjasamanya Memetri Wiji dengan teman-teman DEM UGM, semoga kedepannya anak-anak semakin semangat dan kompak untuk terus belajar serta semoga sukses untuk teman-teman dari DEM dan kita semua,” ujar Ibu Nur. Harapan ke depan, program-program sosialisasi tentang kepedulian lingkungan pada anak-anak akan terus digulirkan oleh mahasiswa UGM.
Penulis: Tasya