Permasalahan pakan ternak menjadi hal yang penting dan sangat krusial di dunia peternakan. Saat ini, banyak peternak di Indonesia yang mengalami kesulitan dalam pengadaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau. Namun, beberapa peternak sudah mulai menggunakan silase atau fermentasi hijauan untuk pemenuhan pakan ternak saat musim kemarau.
Berangkat dari hal itu, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada berusaha merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Para mahasiswa melakukan penelitian dan diskusi panjang, dan pada akhirnya membuahkan hasil berupa pembuatan silase otomatis yang diberi nama Eco-Chopper.
Eco-Chopper ini dibuat oleh Dharmawan Satria Pambudi (Teknologi Rekayasa Mesin), bersama dengan Muhammad Fadhiil Dzaky (Teknologi Rekayasa Mesin), Erwin Yulianto (Teknologi Rekayasa Elektro), Orchidia Ummu (Teknologi Rekayasa Mesin), dan Nuraini Islami Kamiliiya (Ilmu dan Industri Peternakan). Alat ini dibuat dan dikembangkan melalui Program Kreativitas Mahasiswa dan didanai penuh oleh Kemendikbudristek.
Mengutip dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian, Dharmawan Satria Pambudi mengatakan pembuatan silase bertujuan untuk mengurangi hilangnya nilai nutrisi dari hijauan sekaligus mengawetkan agar dapat disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama. Silase dibuat saat produksi hijauan melimpah, misalnya saat musim penghujan, dan disimpan untuk pakan pada musim kemarau.
Alat Eco-Chopper, disebutnya, dirancang dengan memadukan alat-alat yang digunakan dalam pembuatan silase, seperti mesin chopper, pengemas, vakum, serta sealer menjadi satu alat sekaligus. Penggabungan alat-alat tersebut menjadikan pembuatan silase semakin efektif dan efisien.
“Eco-Chopper juga telah dilengkapi dengan panel surya sebagai cadangan energi listrik yang menjadikan alat ini semakin ramah lingkungan,” katanya di Kampus UGM, Jum’at (5/7).
Erwin Yulianto menambahkan dengan penggunaan alat Eco-Chopper ini dapat mengurangi biaya pembuatan silase. Hal ini dikarenakan daya yang digunakan untuk menghidupkan alat elektronik berkurang hingga 25 ribu per jam.
Dosen pendamping TIM PKM UGM, Ir. Ma’un Budiyanto, S.T., M.T., berharap alat Eco-Chopper ini dapat diproduksi secara masal dan bermanfaat bagi para peternak kambing atau hewan ruminansia lainnya. Dengan alat ini, katanya, sebagai tonggak loncatan perkembangan teknologi di sektor peternakan di Indonesia.
Penulis: Leony