Salmonellosis merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian dunia saat ini. Menurut WHO, bakteri Salmonella, penyebab Salmonellosis, merupakan satu dari empat penyebab global penyakit diare.Tidak hanya diare, infeksi invasif yang parah seperti bacterimia dan meningitis juga dapat terjadi terutama pada kelompok berisiko seperti anak-anak, wanita hamil, manula,dan pengidap gangguan sistem imun (immunocompromised)
Infeksi ini sebagian besar diakibatkan oleh Salmonella Enteritidis dan Salmonella Typhimurium yang mencemari pangan hewani. Akibatnya, siapapun berpeluang terkena Salmonellosis. Hal ini semakin diperparah oleh meningkatnya resistensi Salmonella terhadap antibiotik. Apabila tidak ditangani dengan baik, resistensi bakteri terhadap antibiotik diperkirakan dapat menyebabkan kematian hingga 10 juta per tahun pada tahun 2050.
Kondisi ini mendorong pengembangan antibakteri baru dari bahan alam. Salah satunya yaitu antibakteri dari Aktinobakteria. Aktinobakteria, terutama yang berasal dari laut merupakan sumber antibiotik potensial yang telah terbukti menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Vancomycin-resistant Enterococcus, Methicillin-resistant Staphylococcus aureus dan bakteri resisten antibakteri lainnya.
Berawal dari persoalan tersebut lima mahasiswa UGM melakukan penelitian berjudul “Antisalmonellosis dari Aktinobakteria yang Berasosiasi dengan Rumput Laut Merah Gelidiella acerosa” melalui Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta 2023. Kelima mahasiswa tersebut terdiri dari Ruth Grace Sophie (Manajemen Sumberdaya Akuatik, 2021), Alifia Zahra Khoirunnisa (Manajemen Sumberdaya Akuatik, 2021), Badran Sa’adi (Mikrobiologi Pertanian, 2020), Bhimantoro Achnaf Vetrino (Kedokteran Hewan, 2020), dan Shinta Hayyu Anugrah (Kedokteran Hewan, 2020) dibimbing Apt. Noer Kasanah, S.Si., M.Si., Ph.D.
Mereka menguji aktivitas antibakteri Aktinobakteria yang diisolasi dari rumput laut Gelidiella acerosa. Rumput laut yang diperoleh dari Pantai Drini ini merupakan rumput laut merah, jenis rumput laut dengan diversitas spesies tertinggi di Gunungkidul, Yogyakarta.
Ruth menjelaskan aktinobakteria yang telah diisolasi kemudian difermentasi dalam media khusus dan di ekstraksi. Dilakukan analisis KLT (Kromatografi Lapis Tipis) untuk mendeteksi terpenoid pada ekstrak. Hasil ekstraksi yang positif mengandung terpenoid kemudian diujikan pada Salmonella Enteritidis menggunakan metode metode microplate titer assay menggunakan 96 well plate. Setelah itu, ekstrak dengan aktivitas antibakteri terbaik dianalisis menggunakan metode LC-MS ( Liquid chromatography–mass spectrometry) untuk mengetahui kandungan senyawa ekstrak yang berpotensi antibakteri.
Lebih lanjut ia menjelaskan dari hasil LC-MS dan dereplikasi senyawa dari dua ekstrak paling potensial dengan basis data Comprehensive Marine Natural Products Database (CMNPD), diketahui 3 senyawa dengan peak tertinggi dari masing-masing ekstrak belum terdaftar pada database tersebut. Pada ekstrak 1 terdapat 7 senyawa dari 8 senyawa dan pada ekstrak 4 terdapat 9 senyawa dari 11 ekstrak yang dianalisis, belum diketahui nama senyawanya. Senyawa yang berhasil terdeteksi dari ekstrak 1 adalah Nocapyrone R dan senyawa yang berhasil terdeteksi dari ekstrak 4 adalah Nocapyrone M dan Nocapyrone J.
“Nocapyrone merupakan senyawa yang dapat ditemukan pada Nocardiopsis, salah satu genus Aktinobakteria . Senyawa ini bisa diperoleh dari Nocardiopsis yang diisolasi dari laut yang dapat digunakan sebagai antibiotik, antikanker, antitumor, dan antibakteri sesuai dengan jenis senyawanya,”terangnya.
Penulis: Tim PKM; editor: Ika