Kebudayaan yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta ini tidak hanya ada pada unsur kesenian dan tradisi budaya namun juga termasuk dengan banyaknya pohon bermakna filosofi sejarah dan kepercayaan adat Jogja. Namun, banyak masyarakat yang tidak mengetahui adanya pohon kebudayaan tersebut. Minimnya media informasi mengenai pohon-pohon ini menjadi salah satu faktor keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang pohon kebudayaan. Selain pohon budaya, di DIY juga ditemui sejumlah pohon langka yang menjadi prioritas konservasi di tingkat provinsi. Berangkat dari kondisi ini, tim PKM Kaya Inovatif UGM merancang alat yang mereka namakan Integrated System of Tree information (ISTI) untuk bisa deteksi gangguan pada pohon lewat sensor suara dan sensor getaran.
Pengembangan ISTI dilakukan dengan bantuan pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Kemendikbudristek melalui skema Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karya Inovatif. Komposisi kelompok tim PKM ini terdiri dari tiga mahasiswa Fakultas Kehutanan dan dua mahasiswa Fakultas Teknik dengan diketuai oleh Safiera Anindya Syaafiyana dari Prodi Kehutanan, anggota terdiri Muhammad Hisyam (Teknik Elektro), Perwira Akhdan Zumarsyah (Teknologi Informasi), Septia Maharani Sinaga (Kehutanan), dan Zaini Silvia Aryani (Kehutanan).
Safiera mengatakan alat ini terdiri dari rangkaian software dan hardware sebagai media informasi pohon budaya dan pohon langka di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim mahasiswa juga mengembangkan website yang dapat diakses melalui tautan app.isti.online yang berisi artikel, persebaran, dan identitas pohon budaya serta pohon langka, seperti mentaok atau sawo kecik. “Persebaran spesies pohon yang juga telah dilengkapi dengan titik-titik lokasi di peta digital,” kata Safiera dalam keterangan kepada wartawan, Kamis (22/8).
Selain itu, alat ini mampu memantau pohon budaya dan pohon langka secara jarak jauh. Pemantau tersebut berfungsi sebagai alat detektor penebangan dan mendeteksi adanya gangguan pada pohon dengan sensor suara dan sensor getaran. Bahkan alat detektor ini juga memiliki penerima sinyal bagi masyarakat yang tinggal paling dekat dengan pohon. Apabila pohon tersebut ditebang atau mati, sinyal dapat langsung mengirimkan informasi ke website secara real-time. “Tim kami berdinamika secara kompak dan seluruh anggota tim berkontribusi dengan bekal keilmuan berdasarkan latar belakang studi masing-masing,” ujar Safiera,
Muhammad Hisyam, selaku anggota tim berharap inovasi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pelestarian lingkungan dan budaya di DI. “Lewat alat deteksi dini bisa mencegah penebangan liar sehingga upaya pelestarian pohon-pohon berharga dapat dilakukan dengan lebih efektif,” tandasnya.
Hisyam menambahkan, melalui pengembagnan media informasi ISTI di laman website diharapkan dapat menjadi referensi penting bagi masyarakat dan peneliti yang tertarik dengan kekayaan hayati dan budaya di DIY.
Penulis : Bolivia
Editor : Gusti Grehenson