
Pengembangan vaksin tanpa suntik telah lama dilakukan melalui vaksinasi mukosa atau pemberian vaksin lewat permukaan tubuh seperti rongga mulut. Kali ini, Andrani Arasati, mahasiswa Program Doktor Ilmu Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada mengembangkan inovasi untuk meningkatkan respon imun tubuh pada pemberian vaksin mukosa.
Salah satu kelemahan dari pemberian vaksin mukosa adalah terbatasnya respon tubuh dibanding vaksin melalui jarum suntik. Belum ada inovasi zat tambahan atau adjuvan untuk meningkatkan respon imun tubuh yang aman dan efektif digunakan melalui jalur mukosa. Adjuvan seperti alumunium hidroksida hanya dapat disalurkan menggunakan suntikan. Maka inovasi adjuvan dengan metode tanpa suntik sangat diperlukan.
Berlatar belakang kebutuhan tersebut, Andari Sarasati, mahasiswa Prodi Doktor Ilmu Kedokteran Gigi program fast-track Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) bersama promotor Ika Dewi Ana dan ko-promotor Hevi Wihadmadyatami dari Universitas Gadjah Mada serta Vasif Hasirci dari Acibadem University di Turki mengembangkan nanopartikel karbonat apatit (CHA) yang dilapisi eksosom, atau disingkat CHA-EXO. Eksosom adalah partikel kecil alami yang dilepaskan oleh sel tubuh dan diketahui memiliki peran penting dalam komunikasi antar sel.
Inovasi CHA-EXO telah melalui sejumlah tes untuk melihat apakah nanopartikel dapat berfungsi efektif untuk diserap oleh tubuh. Disampaikan Arin, demikian ia akrab disapa, tes terhadap CHA-EXO dilakukan dalam dua tahap. Pertama, karakteristik nanopartikel diuji berdasarkan ukuran, bentuk, serta kemampuan membawa protein dan menembus sel tubuh. “Hasil uji menunjukan bahwa nanopartikel memiliki ukuran yang ideal, stabil, dan mudah diserap oleh tubuh oleh sel-sel tubuh,” katanya, Kamis (14/8) .
Tes kedua terhadap CHA-EXO dilakukan di rongga mulut buatan untuk melihat apakah nanopartikel dapat menembus lapisan di area tersebut. Tim peneliti menciptakan model epitel atau lapisan dalam rongga mulut buatan dari sel manusia yang dapat mensimulasikan rongga mulut manusia. “Hasilnya sangat menggembirakan. Partikel CHA-EXO yang berukuran sekitar 100-140 nm mampu masuk secara bertahap melalui lapisan epitel rongga mulut buatan. Ini menunjukkan bahwa adjuvan baru CHA-EXO dapat menjadi sistem penghantar vaksin yang efektif melalui mukosa mulut,” lanjut Arin.
Menariknya, partikel ini terbukti mampu memuncul respon tubuh yang lebih baik dibanding zat alumunium yang sudah ada sebelumnya. Respon ini diketahui menunjukan potensi sebagai komponen kunci dalam vaksin oral masa depan, karena lebih nyaman bagi pasien kelompok anak-anak dan lansia. Arin berharap, temuan ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi dunia kesehatan. “Tentunya hasil riset dapat diimplementasikan dan berguna untuk mewujudkan vaksin efektif tanpa jarum suntik yang bisa diakses seluruh lapisan masyarakat,” terangnya.
Pada penelitian ini, Arin berhasil mengubah sifat nanopartikel CHA sehingga bisa menginduksi protein secara spesifik. Selain menjadi pengganti alum, CHA-EXO juga mampu meningkatkan efektivitas penyerapan tubuh. Berkat inovasinya yang berdampak, penelitian Arin mendapatkan penghargaan sebagai Asia Best Innovation Award dari Hitachi Global Foundation. “Dalam studi doktornya, Arin berhasil memperbaiki sifat nanopartikel dan mendekorasinya dengan eksosom,” ujar Prof. Ika selaku Promotor Arin.
Prof. Widowati Siswomihardjo turut mengapresiasi penelitian Arin sebagai bagian dari buah pikir yang dapat berdampak besar bagi keilmuan kesehatan. Menurutnya, sebuah riset yang baik adalah inovasi yang tidak hanya berkontribusi bagi dunia akademik, namun juga dapat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat. “Penelitian Andari diharapkan dapat mengubah rute vaksin menjadi noninvasif/needle free dan dengan adjuvan CHA-EXO yang lebih baik daripada alum, satu-satunya adjuvan yang telah ada dan diterima dunia,” ucapnya.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Freepik