Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) 2024 menawarkan inovasi baru untuk meningkatkan kemampuan belajar anak dengan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan mental sulit memusatkan perhatian.
Prototipe yang dikembangkan berupa media belajar berbasis game yang memanfaatkan computer vision. Game yang dinamakan Pinkan ini dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan belajar anak ADHD usia 6-9 tahun atau yang sedang berada pada kelas 1-2 Sekolah Dasar (SD).
Game Pinkan merupakan hasil kolaborasi dari lima mahasiswa UGM yang berasal dari berbagai disiplin ilmu di bawah bimbingan Dr.Eng. Ganjar Alfian, S.T., M.Eng., yaitu Annisa Urohmah, Daffa Askar Fathin, dan Ikhwan Hanif Firdaus yang berasal dari program studi Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak, serta Nasywa Qurrota A’yun yang berasal dari program studi Kedokteran dan Adhyaksa Waruna Putro yang berasal dari program studi Elektronika dan Instrumentasi.
Annisa Urohmah, selaku Ketua Tim Pinkan, ditemui pada Kamis (22/8), mengatakan bahwa game ini hadir sebagai salah satu jalan keluar dari fenomena anak yang cepat bosan ketika belajar menggunakan metode konvensional dan keterbatasan media belajar yang menarik sekaligus interaktif untuk anak ADHD selama ini.
Secara garis besar, Pinkan terdiri dari dua media, yaitu website dan aplikasi game. Website Pinkan terdiri dari tampilan menu instalasi game Pinkan dan dashboard capaian progres pengguna yang dapat membantu orang tua dan guru untuk memantau perkembangan anak ADHD. Sedangkan, aplikasi game Pinkan adalah game yang berhasil diunduh dan dimainkan di desktop.
Game terdiri dari beberapa pilihan materi, seperti mengenal huruf dan angka, dengan sistem pelevelan di setiap topik materinya. Teknik yang dipakai dalam bermain game adalah drag and drop menggunakan deteksi gestur tangan. Kemudian, terdapat juga teknik bermain game dengan misi berjalan pada labirin untuk menemukan huruf atau angka yang tepat dengan deteksi pergerakan seluruh tubuh.
“Kami mengembangkan deteksi gestur tubuh menggunakan computer vision yang memanfaatkan Hand and Pose Landmark Detection pada game ini, sehingga Pinkan akan dapat mendeteksi gerakan seperti berjalan di tempat, melompat, mengarahkan tangan, dan mengepalkan tangan, yang mana tidak hanya akan membuat anak duduk dan berdiam diri saja ketika bermain game,” lanjut Annisa.
Annisa kembali menambahkan, “Nantinya game ini dapat dimainkan di komputer, laptop, atau bisa juga memanfaatkan ekstensi monitor televisi selama terhubung dengan kamera, sehingga fleksibel untuk dimainkan di sekolah maupun di rumah.”
Manfaat dan tujuan dari game Pinkan bagi anak ADHD di antaranya adalah meningkatkan minat belajar, fokus, kemampuan kognitif, sekaligus juga sensorik dan motorik dari anak ADHD. “Kami berharap, adanya inovasi ini dapat membuka peluang baru dalam pengembangan teknologi untuk anak ADHD kedepan” tambahnya.
Penulis : Dita
Editor : Gusti Grehenson