Belakangan ini warganet dihebohkan terkait konten yang menyampaikan banyaknya anak-anak di sebuah rumah sakit yang menjalani cuci darah. Beberapa pihak menyebutkan bahwa hal itu terjadi karena semakin meningkatnya kasus gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak. Menurut data WHO, tahun 2023 lalu, tercatat ada lebih dari 300 kasus gagal ginjal akut GGA pada anak-anak di Indonesia, dan lebih dari setengah penderitanya meninggal dunia.
Seperti diketahui, penyakit gagal ginjal akut ini terjadi karena akumulasi sel senescence di dalam ginjal yang diakibatkan oleh peningkatan reactive oxygen species (ROS).
Berangkat dari persoalan tersebut, tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) meneliti potensi ekstrak buah jenitri (Elaeocarpus sphaericus) dalam mencegah gagal ginjal akut pada anak-anak. Tim ini terdiri dari Kevin Lensrich, Rahma Aulia, Daniswara Nur Ramadhani dan Dzaki Hasan Nasrullah, kesemuanya dari Fakultas Farmasi dengan dosen pendamping Dr. apt. Rumiyati, S.Si., M.Si.
Kevin Lensrich selaku ketua tim mengatakan buah jenitri (Elaeocarpus sphaericus) merupakan komoditas tanaman buah yang ada di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Buah ini diketahui mengandung senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan sehingga mampu mencegah akumulasi radikal bebas dan menghambat proses penuaan sel. “Setelah kita teliti, buah jenitri berpotensi sebagai agen nefroprotektif untuk mencegah terjadinya gagal ginjal akut melalui efek anti-senescence,” paparnya, Selasa (30/7).
Kevin mengungkapkan belum banyak penelitian terdahulu yang mengkaji aktivitas anti-senescence dari ekstrak buah jenitri ini. Dia mengungkapkan aktivitas anti-senescence dari ekstrak buah jenitri ini sebagai kebaruan dalam penelitian yang dilakukan Tim Mahasiswa UGM.“Kami melakukan penelitian ini untuk mengungkap potensi nefroprotektif terhadap gagal ginjal akut pada anak-anak”, ucapnya .
Rahma Aulia, anggota tim yang lain menambahkan selama ini buah jenitri telah dimanfaatkan sifat antioksidannya dalam pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai jenis penyakit dalam sediaan teh. Sayang, senyawa aktif buah jenitri yang bersifat polar membuat sediaan teh tersebut memiliki kelemahan dalam segi bioavailabilitasnya yang rendah. “Kelemahan dari segi bioavailabilitas ini dapat diatasi dengan memformulasikan ekstrak buah jenitri dalam sediaan nanoemulsi dengan ukuran partikel yang berukuran nano, stabilitas, dan bioavailabilitas yang lebih baik”, terangnya.
Sementara, Daniswara Nur Ramadhani menyebut nanoemulsi ekstrak buah jenitri ini jika diproses menjadi jelly drink tentunya bisa menambah daya tarik bagi anak-anak karena rasa dan teksturnya yang nikmat. Penelitian ini, katanya, dimulai dengan ekstraksi buah jenitri dengan metode ultrasonikasi.
Penelitian pun dilanjutkan dengan analisis kandungan senyawa flavonoid buah jenitri secara kualitatif dan kuantitatif, pengujian efek sitotoksisitas ekstrak buah jenitri terhadap sel Vero sebagai model sel ginjal. Berbagai pengujian aktivitas antioksidan, pengujian efek anti-senescence terhadap sel Vero, formulasi nanoemulsi ekstrak buah jenitri, dan karakterisasi nanoemulsion-based jelly drink. “Dengan penelitian ini, kita terus berinovasi untuk membuat sediaan dalam rangka mencegah gagal ginjal akut pada anak-anak”, ungkapnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : jenitrijogja-WorldPress.com