Luka bakar adalah jenis cedera yang melibatkan kerusakan jaringan akibat transfer energi berupa adanya kontak langsung dengan panas, radiasi, bahan kimia, ataupun listrik. Luka bakar termasuk cedera yang sulit disembuhkan dan penanganannya berkaitan dengan stabilisasi pasien, pencegahan infeksi, serta optimalisasi pemulihan fungsional. Penderita luka bakar berisiko mengalami komplikasi infeksi dan sistemik bergantung pada luas dan kedalaman luka bakar, usia dan kondisi umum penderita, serta adanya penyakit penyerta. Di Indonesia, angka kejadian luka bakar memiliki prevalensi cukup tinggi mencapai 1,3 persen dari seluruh populasi Indonesia.
Menyadari signifikansi dari pengembangan pengobatan luka bakar, lima mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam Tim Acenofer menciptakan pendekatan baru dalam menangani masalah tersebut dengan memanfaatkan limbah kulit bawang bombai kuning sebagai bentuk sediaan nanofiber berlapis dua atau biasa disebut bilayer nanofiber.
Adapun kelima mahasiswa UGM yang melakukan penelitian ini adalah Naufal Ahmad Fauzy (Farmasi 2021) sebagai ketua, bersama empat orang rekan yaitu Zulfa Nailil Muna (Fisika 2022), Puspita Nur Rahmawati, Tika Nur Amini, dan Erwinda Dwi Chofifah (Biologi 2022). Mereka mendapat pendampingan dari drh. Retno Murwanti, MP, Ph.D dan tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta inipun telah berhasil memperoleh dukungan pendanaan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan atau Belmawa.
Naufal Ahmad Fauzy menjelaskan dalam penelitian yang dilakukan, Tim PKM-RE Acenofer UGM menggunakan kulit bawang bombai kuning karena dinilai memiliki kandungan kuersetin yang tinggi. Penggunaan limbah kulit yang tidak terpakai tentunya akan turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan. “Aktivitas penelitian yang kami lakukan sangat menarik karena meneliti kandungan ekstrak dan mengujinya kepada hewan uji tikus. Ini menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi saya dan tim ” tutur Tika Nur Amini, di Kampus UGM, Senin (5/8).
Dalam penelitian ini, tim mahasiswa melakukan modifikasi sediaan berupa bilayer nanofiber atau nanofiber lapis dua untuk meningkatkan penetrasi ekstrak ke dalam luka dan mencegah terjadinya infeksi.
Zulfa Nailil Muna menambahkan proses penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan dan berlangsung selama 4 bulan. Penelitian Tim PKM-RE Acenofer UGM dimulai dari proses ekstraksi, pembuatan sediaan, karakterisasi, pengujian secara in vivo, dan analisis data. Proses karakterisasi dilakukan dengan beragam parameter mulai dari analisis SEM, FTIR, uji kuat tarik, dan uji sudut kontak. Juga pengujian secara in vivo yang dilanjutkan dengan analisis histopatologi untuk mengamati proses penyembuhan yang terjadi di dalam lapisan kulit.
Zulfa menerangkan, penelitian yang mereka menunjukkan hasil yang cukup menarik. “Nanofiber berhasil dibuat dengan kualitas yang baik, tidak mudah rusak, memiliki struktur dengan ukuran yang sesuai, dan hasil pengujian in vivo yang menunjukkan penutupan luka oleh sediaan” ucap Zulfa.
Ia berharap inovasi sediaan berbahan nano dengan turut memanfaatkan limbah kulit bawang bombai diharapkan dapat menjadi pengobatan alternatif dengan memanfaatkan kekayaan alam yang dimiliki Indonesia. Harapan lainnya penelitian ini terus berlanjut menuju tahapan uji klinis dan dikomersialisasikan menjadi pengobatan yang dapat digunakan oleh masyarakat luas.
Penulis : Agung Nugroho