
Pandemi COVID-19 menjadi titik awal dalam pengembangan inovasi teknologi vaksin modern. Akan tetapi, timbul berbagai macam tantangan di lapangan seperti ketergantungan pada tenaga medis hingga ketakutan sebagian masyarakat terhadap jarum suntik. Terlebih lagi, vaksin konvensional menimbulkan masalah lingkungan karena banyaknya limbah plastik yang dihasilkan. Kondisi ini mendorong inovasi dalam menciptakan vaksinasi yang mudah, aman, dan efisien.
Berangkat dari keresahan tersebut, tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Riset Eksakta Dermavant Universitas Gadjah Mada (UGM) menghadirkan inovasi adjuvant vaksin dengan memanfaatkan bahan alami dari minyak sacha inchi dan kitosan yang diformulasikan ke dalam patch transdermal dengan sistem emulsi ganda. Tim PKM ini terdiri dari Alif Afzalurrohman (Ketua, Biologi 2024), Sekar Ayu (Farmasi, 2022), Zahwa Khoirun Nisa (Biologi, 2022), Alvian Chesyar (Farmasi, 2022), dan Basofi Muzaky (Farmasi, 2024). Dengan mendapatkan pendampingan dari Dr. apt. Adhyatmika, M. Biotech., selaku dosen Fakultas Farmasi UGM.
Penelitian ini mengembangkan sistem nanoemulsi air dalam minyak dalam air (water-in-oil-in-water) yang bertujuan untuk pembawa bahan aktif vaksin agar mampu menembus lapisan kulit dengan efektif. Selain itu, penggunaan sistem nanoemulsi dianggap lebih baik dan stabil untuk diaplikasikan pada kulit. “Kami membentuk fase nano-emulsi berbasis air dalam minyak dalam air karena lebih stabil dan membantu zat target menembus kulit dengan lebih mudah,” jelas Alif selaku Ketua tim, Sabtu (18/10).
Patch transdermal yang dikembangkan oleh tim Dermavant ini memiliki keunggulan pada sifatnya yang non-invasif, mudah digunakan tanpa bantuan tenaga medis, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Alif menjelaskan pemanfaatan bahan alami seperti minyak sacha inchi dan kitosan yang kaya akan lemak omega-3, omega-6, dan omega-9 berperan menekan adanya peradangan serta memperkuat sistem imun. Sedangkan pemanfaatan kitosan yang berasal dari cangkang udang dan kepiting ini berfungsi sebagai imunostimulator alami dalam membantu penyerapan bahan aktif ke kulit.
Alif menjelaskan, proses penelitian ini membutuhkan waktu panjang dari proses optimalisasi formulasi hingga uji stabilitas bahan. Ia mengatakan formulasi bahan alam dari minyak sacha inchi dan kitosan belum pernah digunakan dalam adjuvant vaksin. Hal itulah yang membuat tim melakukan rangkaian percobaan demi mendapatkan hasil yang efektif dan stabil. Pengujian dilakukan pada hewan model mencit dengan pengamatan parameter TNF-α digunakan sebagai salah satu indikator respon imun pada vaksin. Hasil menunjukkan peningkatan sistem imun pada kelompok yang telah diberi patch. “Sejauh ini, dari parameter TNF-α, mencit yang kami beri patch menunjukkan aktivitas imun yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang tidak diberi perlakuan,” jelasnya.
Dengan memanfaatkan bahan alami dalam pengembangan patch transdermal, tim Dermavant berharap inovasi ini berpotensi menjadi terobosan baru alternatif vaksin non-invasif. Pemanfaatan bahan alami seperti minyak sacha inci dan kitosan tidak hanya meningkatkan efektivitas vaksin, namun juga mendukung kemandirian riset dan keberlanjutan inovasi kesehatan di masa depan. “Apa yang kami hasilkan dengan memanfaatkan bahan alam bisa menjadi terobosan baru di dunia vaksin baik dalam skala nasional maupun global,” jelasnya.
Penulis : Cyntia Noviana
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim PKM