Kolesterol tinggi atau hiperkolesterolemia adalah kondisi ketika seseorang memiliki terlalu banyak zat lemak dalam darah. Kondisi ini menjadi faktor risiko bagi penyakit lainnya, terutama penyakit jantung dan pembuluh darah. Padahal, penyakit jantung masih menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut Kementerian Kesehatan RI melakukan penguatan layanan kesehatan di tingkat primer. Berdasarkan laporan dari Kementerian Kesehatan RI, pada tahun 2022 lalu, angka penderita kolesterol di Indonesia mencapai 28% dari total jumlah penduduk. Salah satu sumber kolesterol datang dari makanan yang dikonsumsi seperti daging.
Lima orang mahasiswa Universitas Gadjah Mada melakukan riset pada pemberian pakan untuk menurunkan kadar kolesterol daging bebek peking dengan inovasi suplementasi spirulina. Kelima mahasiswa yang melakukan riset ini terdiri dari Dinda Rahmasari (Fakultas Peternakan angkatan 2022), Muhammad Wisnu Sasongko (Fakultas Peternakan angkatan 2020), Muhammad Rizky Zulfahmi (Fakultas Peternakan angkatan 2022), Aulia Arifa Abdan (Fakultas Kedokteran Hewan angkatan 2022), dan Billie Daffa Hananditya Rohadi (Fakultas Peternakan angkatan 2022) melalui kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) yang didanai oleh Kemendikbud-Ristek.
Penelitian spirulina sebagai suplementasi pakan untuk menurunkan kadar kolesterol ini dilakukan Juli hingga September 2023 dengan pendampingan dari dosen Fakultas Peternakan UGM, Moh. Sofiul Anam, S.Pt, M.Sc. Penelitian ini dilaksanakan di Research Farm, Laboratorium Biokimia Nutrisi, dan Laboratorium Pusat Penelitian Ternak Tropik Fakultas Peternakan UGM, serta Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM.
Spirulina yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ganggang hijau-biru yang muda ditemukan dan tersebar luas hampir di seluruh perairan Indonesia. “Spirulina dipercaya memiliki senyawa fenol berupa flavonoid yang bersifat antioksidan sehingga dapat memperbaiki profil lipid dengan menurunkan kolesterol total, kolesterol jahat (LDL) dan trigliserida serta meningkatkan kolesterol baik (HDL),” kata Aulia Aurifa Abdan dalam keterangannya kepada wartawan, Kamis (19/10).
Aulia menyebutkan, spirulina yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk spirulina yang sudah dikeringkan menjadi bubuk, kemudian ditambahkan pada pakan bebek dengan dosis yang berbeda. Dosis yang digunakan adalah suplementasi 2% dan 4% spirulina ke dalam pakan bebek peking. “Bebek peking yang digunakan sebagai sampel berusia 1 hari yang kemudian dipelihara selama 6 minggu dengan pemberian perlakuan pada minggu ke-4 sampai minggu ke-6 pemeliharaan,” jelasnya.
Dari hasil riset, kata Aulia, dalam daging bebek dengan pemberian pakan tanpa spirulina, terdapat kolesterol sebanyak 66.55mg/100g. Sementara pada daging bebek dengan suplementasi spirulina 2%, terdapat kadar kolesterol sebanyak 66.32mg/100g. Sedangkan pada daging bebek dengan suplementasi 4% spirulina, terdapat kolesterol sebanyak 55.48mg/100g. “Hasil tersebut menandakan bahwa suplementasi spirulina dosis 4% menimbulkan adanya penurunan kadar kolesterol pada daging bebek sebanyak 16,63% dibandingkan dengan bebek yang sama sekali tidak diberi spirulina pada pakannya,” ujar Dinda Rahmasari.
Menurut Dinda, suplementasi spirulina pada pakan terbukti dapat menurunkan kadar kolesterol dalam daging bebek peking. Melalui hasil tersebut, diharapkan kedepannya lebih banyak pemanfaatan dan eksplorasi ganggang untuk diteliti kembali sehingga dapat dijadikan suplementasi pakan pada ternak untuk menghasilkan daging yang rendah kolesterol.
Penulis : Gusti Grehenson