Menjelang kontestasi Pemilu 2024, berbagai rancangan dan agenda politik mulai dikomunikasikan secara masif oleh pasangan capres-cawapres. Gambaran akan nasib Indonesia dalam lima tahun ke depan akan sangat ditentukan oleh presiden terpilih selanjutnya. Tentunya, kesempatan ini tidak dilewatkan oleh mahasiswa UGM untuk ikut andil dalam memberikan rekomendasi program dan isu bagi capres-cawapres. Mahasiswa S1 Manajemen Kebijakan Publik (MKP), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM menyusun rangkaian isu penting dan rekomendasi kebijakan melalui buku “Suara Pemuda: Gagasan Ekonomi untuk Presiden Masa Depan” yang diluncurkan pada Kamis (21/12).
“Kami atas nama Departemen Manajemen Kebijakan Publik merasa bangga karena mahasiswa S1 kita memiliki kepedulian yang kuat untuk berkontribusi menyumbang pemikiran. Kita harapkan sumbangan pemikiran ini didengarkan, dicatat, dan diakomodasi oleh ketiga pasangan capres. Ini merupakan forum bagi kita untuk betul-betul bicara serius memikirkan bagaimana nasib bangsa ini ke depan,” ujar Ketua Departemen MKP UGM, Prof. Dr. Wahyudi Kumorotomo. Tim sukses dan pendukung ketiga capres-cawapres turut hadir dalam forum diskusi dan launching buku ini. Wahyudi berharap, siapapun presiden yang terpilih nantinya bisa mempertimbangkan gagasan dari segala kalangan masyarakat, khususnya mahasiswa.
Buku ini memuat enam topik utama, yaitu pencapaian ekonomi dalam dinamika tahun politik, pajak dan ketimpangan sosial, kebijakan investasi dan infrastruktur, social protection di tahun politik, relevansi universal public income di Indonesia, dan public private partnership. Keenam topik secara khusus diperuntukkan untuk mendukung perkembangan Indonesia, khususnya dalam kurun waktu lima tahun kedepan. Salah satu isu yang perlu disorot adalah persoalan ketimpangan di Indonesia. Ketimpangan disebabkan oleh infrastruktur tidak merata, kurangnya industri UMKM, dan rendahnya tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Penyaluran dana pajak juga belum secara signifikan diberikan pada sektor-sektor yang secara khusus memengaruhi ketimpangan ekonomi.
“Berdasarkan kondisi tersebut, kami menganggap bahwa dalam memperbaiki masalah ketimpangan ini setidaknya secara rasional dapat dilakukan dengan membenahi faktor ketimpangan tersebut. Untuk itu, kami merekomendasikan pengalokasian anggaran untuk pembangunan yang lebih merata ke daerah yang timpang. Seringkali pembangunan tidak memerhatikan ketimpangan ini, cenderung terpusat pada pusat ekonomi,” ujar Yoga, mahasiswa Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik UGM.
Menanggapi isu-isu tersebut, ketiga tim sukses pasangan capres-cawapres memiliki fokus masing-masing dalam penyelesaiannya. Fazlur Hassan, Tim sukses pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) memaparkan rancangan program yang berfokus pada penyerapan tenaga kerja. Menurutnya, investasi yang menanjak sejak tahun 2013 hingga berada di angka 1,2 trilliun pada tahun ini justru tidak memiliki indikasi meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Bahkan, serapan tenaga kerja mengalami penurunan hingga -76%. Untuk itu, Tim AMIN berkomitmen merancang program yang berfokus pada kemerataan dan keberlanjutan, pendekatan sektoral dan teritorial, serta persoalan mikro warga.
Berbeda dengan Tim AMIN, tim sukses Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming, Drajad H. Wibowo memaparkan tiga poin utama dalam rancangannya. Tim Prabowo-Gibran menganggap Indonesia sudah terlalu lama terjebak dalam situasi middle-income trap. Isu yang dikedepankan dan solusinya tidak terlepas dari permasalahan negara berkembang. Sedangkan pemerintah sendiri telah mencanangkan Indonesia Emas 2045. Mengatasi hal ini, tiga aspek yang perlu diperhatikan adalah industrialisasi, hilirisasi, dan mitigasi perubahan iklim. Ketiga hal ini diharapkan mampu menjadi sumber pendapatan baru yang berkelanjutan bagi negara.
Selanjutnya, Tim Ganjar Pranowo dan Mahfud MD juga turut memberikan rancangan programnya. Alasan kuat menurut Dr. Piter Abdullah Redjalam, dalam program-program Ganjar-Mahfud adalah adanya bonus demografi. Jika kesempatan ini tidak dimanfaatkan secara maksimal, maka dapat terjadi bencana demografi. Kemiskinan, ketimpangan, pengangguran, hal-hal tersebut akan naik berkali-kali lipat ketika jumlah penduduk usia kerja meningkat. Untuk itu diperlukan adanya berbagai percepatan pertumbuhan ekonomi.
Kontribusi mahasiswa Departemen Manajemen Kebijakan Publik UGM merupakan bentuk nyata keterlibatan anak muda dalam kontestasi Pemilu 2024. Sebagai pemilih terbanyak, kelompok muda memiliki peran penting dalam menentukan nasib bangsa di masa depan. Harapannya, akan muncul lebih banyak anak muda yang mau menyuarakan gagasannya demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Penulis: Tasya