Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) melakukan penelitian terhadap program corporate farming (konsolidasi lahan pertanian) di Kabupaten Bantul. Program corporate farming merupakan inisiasi yang dibuat untuk menyelesaikan isu alih fungsi lahan dan fragmentasi lahan pertanian yang terjadi di Kabupaten Bantul. Program ini diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Bantul beserta dengan Bank Indonesia dan Fakultas Pertanian UGM.
Melalui penelitian yang berjudul “Adopsi Inovasi oleh Petani: Menelisik Peran Modal Komunitas dalam Program Corporate Farming di Kabupaten Bantul”, tim PKM RSH ini bermaksud untuk meneliti kaitan adopsi inovasi petani di daerah Blawong I dengan peran modal-modal komunitas seperti modal alam, fisik, politik, manusia, ekonomi, sosial, hingga budaya. Tim PKM RSH ini diketuai oleh Dian Rahmanisa (Ekonomi Pertanian dan Agribisnis), bersama dengan Diva Novitasari (Ekonomi Pertanian dan Agribisnis), dan Indri Oktaviani Ningrum (Antropologi Budaya), dengan bimbingan Dosen Penyuluhan dan Komunikasi Petani Faperta UGM, Alia Bihrajihant Raya, S.P., M.P., PhD.
Dian Rahmanisa (Ekonomi Pertanian dan Agribisnis) sebagai ketua tim penelitian mengatakan bahwa “Dengan adanya riset yang dilakukan mengenai hubungan antara modal komunitas dan adopsi inovasi oleh petani ini, diharapkan dapat mengevaluasi dan memperbaiki sistem dari corporate farming yang ada dengan penyesuaian modal-modal komunitas di Dusun Blawong. Sehingga dapat terbentuk modal sosial yang nantinya akan mendukung keberhasilan corporate farming dalam pengembangan pertanian berkelanjutan di masa mendatang.”
Program corporate farming atau konsolidasi lahan telah menjadi tawaran solusi masalah pertanian terhadap salah satu input pertanian yaitu lahan di Kabupaten Bantul. Menyempitnya luas lahan pertanian menjadi salah satu faktor pembatas menurunnya produksi pertanian. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini yaitu dengan melakukan ekstensifikasi lahan pertanian melalui konsolidasi lahan dan menghilangkan pematang-pematang lahan pertanian yang terfragmentasi menjadi satu. Sehingga dengan demikian lahan pertanian bisa lebih luas karena pematang dihilangkan serta teknologi seperti harvester dan transplanter bisa masuk. Diharapkan dengan adanya konsolidasi lahan/corporate farming ini, maka dapat mengatasi permasalahan-permasalahan penyempitan lahan pertanian. Pengelolaan lahan secara bersama juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas petani.
Riset ini dilakukan dengan cara pengambilan kuesioner kepada petani di kelompok tani Barokah Blawong I, Trimulyo, Jetis, Bantul. Menurut ketua kelompok tani yaitu Akhid Yusron (62), corporate farming/konsolidasi lahan ini sebenarnya mempunyai peluang yang besar dalam mengembangkan pertanian terutama di pertanian kota, tetapi dalam praktiknya memang pengelolaan SDM masih belum maksimal sehingga program ini belum bisa berlanjut. Harapan ke depannya jika program konsolidasi lahan ini dapat dilakukan kembali, maka bisa terdapat mekanisme yang lebih baik.