Tim PKM UGM berhasil mengungkapkan potensi dari tanaman krokot sayur sebagai terapi kuratif potensial untuk gagal ginjal kronis. Temuan potensi tanaman krokot untuk terapi kuratif ini patut disyukuri mengingat pengobatan gagal ginjal kronis selama ini masih terbatas pada terapi hemodialisis yang memakan biaya cukup tinggi.
“Hingga saat ini belum terdengar adanya terapi kuratif untuk gagal ginjal kronis. Padahal, penyakit ini telah menelan lebih dari 42 ribu korban jiwa di Indonesia,” ujar Ardiyanta Ramdhano selaku ketua tim peneliti, di Kampus UGM, Senin (22/7).
Ardiyanta menjelaskan urgensi pemanfaatan tanaman herbal (krokot) tersebut melatarbelakangi lima mahasiswa UGM untuk mengembangkan terapi pengobatan baru yang bersifat kuratif. Tim peneliti mahasiswa UGM berusaha mencari cara untuk mengembangkan terapi penanganan gagal ginjal kronis bersifat kuratif karena terbatasnya strategi penanganan Gagal Ginjal Kronis.
“Tentunya biaya pengobatan untuk itu selama ini sangat mahal. Kami mencoba mencari tanaman herbal yang tumbuh liar dan melimpah, lalu bertemulah kami dengan tanaman krokot sayur,” jelasnya.
Selain Ardiyanta Ramdhano Dalimunthe (Kedokteran Hewan), empat mahasiswa UGM lainnya yang terlibat dalam penelitian ini adalah Diah Adhenia Ernis Putri Mustikaingtyas, Dwi Ardyan Syah Mustofa (Kedokteran Hewan), Nabilla Nurul Safitri (Farmasi), dan Randika Taufiq Hari Nugraha (Kedokteran). Mereka tergabung dalam tim yang diberi nama PKM-UGM Nephortulace.
Tim PKM UGM ini mendapat pendampingan dan bimbingan dr. Nur Arfian, Ph.D, dosen Departemen Anatomi FK-KMK UGM sekaligus mendapat pendanaan dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta 2024. Dalam penelitiannya tim ini mengembangkan inovasi tanaman krokot sayur sebagai terapi kuratif gagal ginjal kronis.
Diah Adhenia menambahkan krokot sesungguhnya tanaman sayur yang telah lama dikenal sebagai tanaman yang berkhasiat dalam pengobatan di Tiongkok. Sayangnya, di Indonesia, tanaman ini masih kurang dikenal dan seringkali hanya dibiarkan tumbuh liar di perkebunan.
“Padahal setelah kami teliti, tanaman krokot sayur ini memiliki berbagai kandungan aktif seperti anti-oksidan dan anti-inflamasi yang dapat berperan sebagai renoprotektan sehingga dapat menghambat kerusakan lebih lanjut pada ginjal,” ucap Diah Adhenia.
Nabilla Nurul Safitri turut menjelaskan tim ini dalam penelitiannya berhasil mengidentifikasi kandungan senyawa fenolik spesifik asam galat dalam krokot sayur menggunakan uji aktivitas antioksidan DPPH dan uji Spektrofotometer UV-Vis. Ekstrak krokot sayur yang mereka teliti, disebutnya, mengandung senyawa asam galat tinggi yang berperan sebagai antioksidan sehingga tanaman ini sangat potensial dalam menghambat terjadinya kerusakan pada ginjal.
Dwi Ardyan Syah Mustofa mengakui bila terapi gagal ginjal kronis hingga saat ini hanya berfokus pada perawatan medis konvensional dan terapi suportif. Oleh karena itu, temuan akan potensi tanaman krokot sayur ini berpotensi dapat menjawab kebutuhan atas pengembangan terapi baru yang lebih efektif dan ekonomis untuk gagal ginjal kronis.
“Kami tentunya berharap penelitian yang mengkolaborasikan berbagai bidang jurusan ini dapat menjadi salah satu tonggak dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kesehatan dan penelitian serta dapat menjadi harapan baru dalam pengobatan gagal ginjal kronis di masa depan,” ujar Dwi Ardyan.
Penulis: Tim PKM-RE Nephortulace
Editor: Agung Nugroho