Sejumlah mahasiswa Universitas Gadjah Mada menciptakan inovasi produk meja dan kursi dari sampah plastik sebagai solusi atas menumpuknya sampah plastik di Yogyakarta, terutama di Dusun Juwangen RT 001, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman. Inovasi ini dilakukan oleh tim Program Kreativitas Mahasiswa-Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) sejak Februari lalu. Tim ini terdiri dari lima mahasiswa, yaitu Nadira Titania Efemy (Fisika), Hanif Kudusuhada (Fisika), Evandra Afif Naufal (Fisika), Muhammad Isma Maqoli Ula (Teknik Industri), dan Calviendra Reiky Laksana (Teknik Sipil), dengan satu dosen pembimbing, Dra. Eko Tri Sulistyani, M.Sc. (FMIPA). Pada Maret 2024, program ini berhasil mendapatkan pendanaan PKM dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam menyukseskan program Sustainable Development Goals (SDGs) yang sedang dicanangkan secara global.
Program ini dilaksanakan sebagai respons atas ditutupnya Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Piyungan pada Juli 2023, yang merupakan satu-satunya TPS yang mengelola sampah rumah tangga, terutama sampah plastik, dari berbagai daerah di Yogyakarta. Penutupan TPS ini berdampak signifikan pada masyarakat, yang tidak lagi memiliki tempat untuk mengelola sampah mereka, sehingga mereka harus mengelola sampah secara mandiri agar tidak menumpuk. Namun, metode pengelolaan mandiri ini dinilai tidak efektif karena rata-rata warga mengelola sampah dengan cara dibakar, yang berdampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Asap pembakaran sampah dapat menyebabkan polusi udara karena mengandung karbon dioksida dan metana, serta dapat menyebabkan gangguan pernapasan seperti batuk, asma, dan kanker paru-paru.
“Program ini dilakukan dengan mengubah sampah plastik menjadi produk meja dan kursi yang dapat digunakan oleh masyarakat,” jelas Nadira.
Bahan-bahan lain yang diperlukan selain sampah plastik adalah semen, pasir, dan oli. Bahan-bahan ini berguna untuk merekatkan plastik sehingga produk yang dihasilkan memiliki tingkat kerapatan yang tinggi dan kokoh. Pembuatan produk diawali dengan memasak oli hingga mendidih, kemudian sampah plastik dimasukkan dan diaduk hingga plastik meleleh sepenuhnya. Setelah itu, campuran pasir dan semen dimasukkan sehingga tekstur adonan menjadi padat seperti adonan kue. Setelah menjadi padat, adonan harus langsung dimasukkan ke dalam cetakan sebelum mengeras, lalu ditekan menggunakan alat penekan hingga permukaannya rata. Terakhir, adonan dibiarkan mengeras dengan cara merendamnya dalam air selama 10-30 menit. Untuk gagang atau dudukan kursi dan meja, digunakan besi batangan dan balok kayu yang disekrup pada bagian bawah meja, sehingga terbentuk meja dan kursi yang kuat dan seimbang.
Ketua organisasi relawan pengelolaan sampah Dusun Juwangen, Sapto, sangat mengapresiasi program “Sampah Berubah Jadi Produk” ini. Warga Juwangen sangat menyambut baik pelaksanaan program ini di lingkungan mereka. Sapto menyatakan bahwa program ini memberikan dampak positif bagi masyarakat, karena penutupan TPS Piyungan membuat warga Juwangen kesulitan dalam mengelola sampah, terutama sampah plastik. Ia juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada tim PKM-PM dari UGM yang membuat produk kursi dan meja dari sampah plastik, yang nantinya dapat diaplikasikan kepada masyarakat Juwangen.
“Program ini sangat memberikan dampak positif bagi kami, karena sebelumnya kami hanya membakar sampah plastik agar tidak terjadi penimbunan, yang mana itu juga menyebabkan polusi udara dan gangguan pernapasan. Kami berharap program ini dapat terus berkembang, tidak hanya di dusun ini, tetapi juga di dusun lain dengan kami sebagai contoh dalam pengelolaan sampah plastik yang lebih bermanfaat,” ujar Sapto.
Penulis: Tim PKM-PM Sejuk
Editor: Leony