Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MDGB PTNBH) menggelar seminar nasional bertajuk “Pancasila dalam Pengalaman Keilmuan dan Praktek Kehidupan Berbangsa dan Bernegara”, Jumat (16/6) di Balai Senat UGM. Dalam seminar ini, para guru besar menyayangkan bahwa Pancasila yang kerap disebut sebagai dasar falsafah negara belum menjadi sendi dasar nilai kehidupan, termasuk dalam pengambilan kebijakan di pemerintahan.
“Kami merasa prihatin bahwa Pancasila tidak bisa menjadi pedoman. Sebagai akademisi kami berharap ini lebih serius ditangani, bagaimana Pancasila diimplementasikan terutama oleh pengambil kebijakan,” ungkap Ketua MDGB PTNBH, Prof. Harkristuti Hakrisnowo, SH, MA, Ph.D.
Ia menekankan bahwa Pancasila seharusnya tidak hanya diajarkan kepada siswa-siswi untuk dihafal. Orang dewasa menurutnya perlu belajar memahami serta menggunakan Pancasila sebagai landasan dalam menjalankan tugas-tugasnya. “Kami merasa itu belum diamalkan dan dijadikan praktik kehidupan berbangsa,” imbuh Harkristuti.
Ketua Majelis Wali Amanat UGM yang juga merupakan Menteri Sekretaris Negara, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc., memberikan pidato kunci pada seminar kali ini. Ia memaparkan bagaimana Pancasila bisa menjadi penyelamat bangsa dan bahkan dunia, di tengah berbagai krisis yang melanda beberapa tahun terakhir. Ia pun berharap, pembicaraan tentang Pancasila tidak berhenti pada norma-norma.
“Yang menjadi tugas kita di perguruan tinggi sebagai kelompok terdidik adalah bagaimana memperkuat Pancasila untuk Indonesia dan dunia, dalam konteks disrupsi ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini,” terang Pratikno.
Selain Pratikno, seminar ini juga menghadirkan sejumlah pembicara lainnya, di antaranya Prof. Dr. Kaelan M.S. yang memberikan paparan terkait Pancasila, UUD 1945, Ketatanegaraan; Prof. Dr. Lasiyo, MA., MM. dengan paparan terkait Pancasila dan Kewarganegaraan; Prof. Dr. H. Karim Suryadi, S. Pd., M. Si. dengan paparan terkait Pancasila dalam Pembudayaan dan Komunikasi Politik; serta Prof. Dr. dr. Sutaryo, Sp.A(K). dengan paparan terkait Pancasila dalam Pelaksanaan Pemerintahan. Diskusi ini dipandu oleh Prof. Dr. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch., Ph.D., guru besar Fakultas Teknik UGM.
Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., mengungkapkan bahwa UGM merasa terhormat menjadi tuan rumah penyelenggaraan seminar nasional ini, yang sesuai dengan identitas UGM sebagai universitas kebangsaan. Sebagaimana konsep kebangsaan dari negara-negara lain di dunia, Pancasila menurutnya lahir dari sejarah panjang Bangsa Indonesia.
“Kita semua tahu bahwa Pancasila adalah ideologi yang menjadi jangkar, menjadi titik mula seperti apa konsep kenegaraan dan kebangsaan itu dibangun sehingga kita sampai saat ini masih menjadi bangsa yang kokoh,” kata Wening.
Di tengah dinamisnya perkembangan dunia, utamanya perkembangan teknologi yang memberi ruang besar bagi individualisasi, menurutnya penguatan nilai Pancasila menjadi sangat penting. Penekanan Pancasila harus kuat, karena negara dan Bangsa Indonesia dibangun dengan suatu perjuangan. Di sisi lain, ia juga menekankan pentingnya kontekstualisasi Pancasila.
“Kita perlu menguatkan kembali Pancasila di generasi masa depan kita. Namun, perlu diingat pula bahwa generasi muda sekarang memiliki tantangan yang berbeda dari sebelumnya sehingga penyampaian Pancasila sebagai pilar kebangsaan perlu dilakukan dengan memperhatikan kontekstualisasinya. Tujuannya adalah agar Pancasila tetap menjadi ideologi yang hidup dan tetap terkoneksi dengan generasi muda,” paparnya.
Penulis: Gloria