
Penemuan Metal–Organic Frameworks (MOF) atau kerangka logam organik menjadi salah satu terobosan paling penting dalam dunia material modern, dengan potensi luas untuk diaplikasikan di berbagai bidang mulai dari energi, lingkungan, hingga teknologi sensor. Tiga orang peraih nobel kimia Susumu Kitagawa, Richard Robson dan Omar Yaghi dianugerahkan nobel atas penemuan mereka mengenai logam organik yang dianggap mampu dikembangkan sebagai teknologi penangkap air, penyimpan karbon dan pengendali polusi.
Prof. Dr. Ir. Andang Widi Harto, M.T., IPU., ASEAN Eng., pakar teknik material dari Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, mengatakan MOF merupakan material berpori dengan struktur kompleks yang terdiri dari gugus logam (metal cluster) yang berikatan dengan senyawa organik pembentuk pola berpori dalam struktur kristal yang sangat teratur. “MOF bisa dikatakan sebagai penemuan monumental setelah zeolit. Bedanya, kalau zeolit merupakan senyawa anorganik kompleks, MOF adalah kombinasi logam dan organik yang jauh lebih fleksibel dan dapat disesuaikan,” jelasnya, Senin (20/10).
Struktur kristal MOF bersifat tunable, artinya dapat diatur dan dimodifikasi sesuai kebutuhan, sehingga bisa digunakan untuk berbagai proses kimia selektif maupun teknologi lanjutan. Aplikasinya mencakup bidang optoelektronik, fotoluminensi, sensor berpresisi tinggi, bioimaging, magnetisasi, penyimpanan dan pemisahan gas, baterai, hingga katalisis kimia. Fleksibilitas ini menjadikan MOF sebagai salah satu material masa depan dengan potensi luar biasa bagi berbagai industri.
Lebih lanjut, Prof. Andang menjelaskan bahwa riset mengenai MOF pertama kali digagas pada tahun 1990-an oleh Richard Robson dan Omar M. Yaghi. Keduanya secara konsisten meneliti struktur dan karakteristik MOF selama lebih dari dua dekade hingga kini menjadi dasar bagi banyak riset lanjutan di seluruh dunia. “Upaya serius dan konsisten mereka telah menghasilkan pengetahuan yang sangat berharga tentang MOF. Menurut saya, mereka layak mendapat pengakuan dan penghargaan dunia atas kontribusi ilmiahnya,” ujarnya.
Ia menilai bahwa penemuan MOF tergolong revolusioner, sebanding dengan penemuan material penting lain seperti zeolit, komposit, semikonduktor, dan superkonduktor. “MOF memberikan paradigma baru dalam dunia material. Dengan sifatnya yang bisa disesuaikan, ini menjadi fondasi penting bagi berbagai inovasi teknologi di masa depan,” tambahnya.
Dalam konteks Indonesia, Prof. Andang melihat peluang besar bagi pengembangan dan pemanfaatan MOF di bidang energi bersih, teknologi penyimpanan gas, dan pengolahan limbah. Menurutnya, kemampuan MOF untuk menyerap, menyaring, dan menyimpan gas menjadikannya sangat relevan bagi negara dengan tantangan energi dan lingkungan seperti Indonesia. “Saya berharap penelitian tentang MOF dan aplikasinya juga dikembangkan lebih serius di Indonesia. Potensinya sangat besar, mulai dari efisiensi energi hingga inovasi sensor dan katalis lokal yang bisa mendukung kemandirian teknologi nasional,” tutupnya.
Penulis : Kezia Dwina Nathania
Editor : Gusti Grehenson
Foto : X@Nobel Prize dan Wikipedia