Prof. Dr. Djati Mardiatno, S.Si., M.Si. resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Geomorfologi Lingkungan pada Fakultas Geografi, Selasa (2/1) di Balai Senat UGM. Dalam upacara pengukuhannya Kepala Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM Periode 2013-2018 ini menyampaikan pidato berjudul “Geomorfologi Lingkungan untuk Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Ekosistem dan Komunitas”.
Dalam pidatonya ia berbicara mengenai literasi kebencanaan yang mencakup sejumlah komponen mulai dari pemahaman risiko, kesiapan dan perencanaan, kesadaran evakuasi, hingga pelatihan dan simulasi.
“Literasi kebencanaan sangat penting untuk meningkatkan keselamatan individu dan masyarakat secara keseluruhan ketika mereka menghadapi situasi bencana. Dengan pemahaman yang baik tentang risiko dan persiapan yang tepat, orang akan dapat lebih baik dalam melindungi diri sendiri, keluarga, dan komunitas mereka ketika bencana terjadi,” paparnya.
Mengaitkan antara geomorfologi lingkungan dengan literasi kebencanaan, terangnya, akan melibatkan pemahaman tentang kontribusi kajian permukaan bumi dan bentang alam terhadap kesadaran, kesiapsiagaan, dan respons terhadap bencana. Keterkaitan antara kedua tema tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai upaya seperti mengidentifikasi kerawanan,
Ekosistem, menurut Djati, berperan penting dalam mengurangi risiko bencana secara berkelanjutan. Namun, hingga saat ini hanya ada sedikit penelitian komprehensif yang merangkum pengetahuan tentang jasa ekosistem dan fungsinya dalam pengurangan risiko bencana.
“Pemanfaatan jasa lingkungan merupakan salah satu pendekatan untuk mengurangi risiko bencana berbasis ekosistem. Wilayah pantai dan pesisir dengan kerapatan vegetasi yang tinggi cenderung memiliki kerentanan yang rendah terhadap bencana kepesisiran. Keterpaduan antara pemanfaatan jasa lingkungan ekosistem dan kapasitas komunitas merupakan kombinasi strategis dalam upaya pengurangan risiko bencana,” jelasnya.
Pada kesempatan ini ia memberikan penjelasan terkait pengurangan risiko bencana berbasis ekosistem dan komunitas (PRBBEK/EcoCBDRR) yang menekankan pada konservasi ekosistem, restorasi, dan pengelolaan berkelanjutan sebagai elemen kunci pengurangan risiko bencana. EcoCBDRR memiliki relevansi yang sangat kuat dengan kajian geografi, karena inti kajian geografi adalah hubungan dan keterpaduan antara manusia dengan lingkungan yang dapat diwujudkan dalam upaya pengurangan risiko bencana.
Djati menerangkan, EcoCBDRR yang diwujudkan dalam aksi terkoordinasi berbasis ekosistem dan komunitas, menawarkan jalan untuk mempertahankan ekosistem dan penghidupan manusia di lingkungan geomorfologis yang memiliki keanekaragaman hayati dan multi ancaman bencana. Tindakan terkoordinasi dari EcoCBDRR dapat membantu wilayah-wilayah yang rentan dalam mempersiapkan dan merespons bencana, mengatasi tantangan, dan meningkatkan prospek sosio-ekonomi untuk masa depan yang adil bagi masyarakat di wilayah yang rawan bencana.
“Guna mencapai keberlanjutan dan keselamatan jangka panjang, EcoCBDRR seharusnya dapat dipadukan dengan baik dalam perencanaan dan kebijakan pembangunan. Komponen multiple helix perlu bekerja sama untuk menghadapi tantangan ini dan memanfaatkan peluang yang ada untuk melindungi masyarakat dan lingkungan,” lanjutnya.
Penulis: Gloria
Fotografer: Firsto